Kunjungi Korban Gempa Lombok, Ketum DDII: Ini Peringatan agar Kita Lebih Bersyukur dan Bertakwa
Mataram (SI Online) – Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Ustaz Mohammad Siddiq, mengunjungi pengungsi dan relawan di beberapa lokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (18/8).
Dalam kunjungan tersebut, Ustadz Siddik beserta Ustadz Syauri Halimi dan Ketua Laznas Dewan Dakwah H Ade Salamun, beranjangsana ke Ketua Dewan Dakwah NTB, TGH Muharrar Mahfudz, di Ponpes Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi posko utama LAZNAS Dewan Da’wah di Rembiga, Kota Mataram dan posko pengungsian di Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kec. Pemenang serta Dusun Bayan Barat, Desa Bayan Blee, Kec Bayan.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Dewan Da’wah berdialog dan memberikan bantuan kepada warga pengungsi. Ia juga mengajak kepada masyarakat untuk merenungkan sebab Allah Swt mendatangkan gempa bumi di daerah julukan Pulau Seribu Masjid itu.
“Biasanya karena kita jarang berdoa, jarang istighfar, kurang ibadah, dan kurang bersyukur. Ada juga dosa yang dilakukan orang lain dan berimbas kepada kita,” ujar Ustaz Siddik.
“Wallahua’lam kita tidak tau persis apa sebabnya. Tapi inilah hukum dan peringatan Allah agar kita lebih bersyukur dan bertakwa,” sambungnya.
Siddik mengingatkan kepada masyarakat bahwa kejadian gempa bumi beberapa waktu lalu merupakan peringatan dari Allah Swt agar manusia lebih meningkatkan kualitas keimanannya.
“Jadi semua ini tidak datang begitu saja, semua kejadian tidak datang secara kebetulan. Ada hikmah di setiap kejadian yang Allah tunjukkan. Kita ambil hikmahnya untuk lebih bersyukur serta berikhtiar untuk kembali memperbaiki (tempat tinggal),” tuturnya.
Moh Siddik juga memberi pengarahan pada para relawan dai lokal dan Tim Kafilah Da’i Mahasiswa STID Mohammad Natsir. Kafilah terdiri limabelas dai yang akan mendampingi pengungsi hingga dua bulan ke depan.
“Dewan Da’wah sejak dulu mengembangkan dakwah bil hal (dakwah dengan perilaku) dengan konsep bina’an wa difa’an (membina dan membela), selain dakwah bil lisan (dengan ucapan) dan bil kitabah (tulisan),” ujar dia.
Para Da’i ini akan memotivasi masyarakat guna meningkatkan aspek spiritualitas. Hal ini perlu dilakukan karena hanya dengan kekayaan spiritual mereka dapat bangkit untuk menghadapi ujian situasi yang sulit pasca gempa.
“Tokoh daerah, aparat desa seperti Babinsa maupun aghniya (para da’i) segera ditemui para da’i yang bertugas agar tidak menimbulkan resistensi. Jangan sampai masyarakat tidak tahu keberadaan da’i,” saran dia.
Siddik menyayangkan, pasca reformasi tahun 1998 gerakan dakwah mulai ditinggalkan perlahan demi perlahan. Masyarakat lebih suka kepada politik, padahal, kata dia, dakwah merupakan bagian dari politik.
Karena itu, Dewan Da’wah secara intens melakukan pengkaderan da’i melalui Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID Moh Natsir) dan Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di 18 provinsi sebagai feeder putra daerah untuk melanjutkan ke jenjang Strata-1 (S1) dan bekal mengabdi di daerah asalnya.
“Jika dulu pengkaderan dilakukan melalui LPDI (lembaga pengembangan dakwah Islam). Sekarang melalui STID dan ADI. Selain dibekali metode ceramah ataupun berkhutbah, para da’i diberikan pelatihan tentang pertanian, kelautan dan bagaimana membudidayakan potensi sekirar tempat dia bertugas,” ungkapnya.
Selain itu, kata Siddik, mayoritas masyarakat tidak memahami secara utuh mengenai konsepsi syariah. ā€ˇPadahal, syariah merupakan nilai internal dan universal. Mulai dari urusan pribadi, masyarakat, negara bahkan dunia secara global.
“Saya ingin di dalam penyampaian (dakwah) nanti di masyarakat, hal-hal seperti ini disampaikan. Agar umat Islam tidak phobia terhadap keislamannya,” pungkasnya.
red: shodiq ramadhan