Khilafah, Mungkinkah?
Masalah khilafah ini adalah masalah yang besar. Masalah yang bisa membuat mati hidup seseorang. Masalah yang bisa membuat hidup atau matinya suatu gerakan.
Masalah khilafah adalah masalah kekuasaan. Masalah yang dimana untuk menuju ke sana, banyak orang terbunuh. Karena kekuasaan, milyaran orang terbunuh dalam sejarah manusia.
Kekuasaan menjadi rebutan, kenapa? Karena dengan kekuasaan manusia mendapat pujian. Dengan kekuasaan manusia mendapat harta. Dengan kekuasaan manusia mendapatkan kehormatan. Dengan kekuasaan manusia mendapatkan ‘kepuasaan seks’ dan seterusnya.
Maka jangan heran karena kekuasaan, manusia bisa saling membunuh. Saling menfitnah. Saling mencaci Saling membenci dan seterusnya.
Karena begitu ‘membahayakannya’ masalah kekuasaan, maka Nabi Muhammad Saw dididik oleh Allah tidak ‘membahas masalah ini’ ketika di Makkah.
Di Makkah Rasulullah ‘hanya’ menjalankan dakwah. Rasul mengajak masyarakat Makkah agar beriman kepada Allah SWT. Rasul mengajak masyarakat agar meninggalkan kepercayaan lama, menyembah patung atau ‘dewa’.
Rasul mengajak masyarakat agar percaya kepada akhirat, hidup sesudah mati. Rasul mengajak agar masyarakat percaya kepada Tuhan Allah, malaikat, kitab-kitab suci (Al-Qur’an), rasul-rasulNya, hari kiamat dan takdir.
Rasul mengajak masyarakat agar banyak beribadah, agar mudah masuk surga. Rasul mengajak masyarakat agar senang bersedekah (zakat), sehingga tercipta masyarakat yang saling bantu membantu.
Tentu saja ajakan Rasulullah ini mendapat tantangan keras dari masyarakat Arab saat itu. Mereka yang terbiasa menyembah berhala marah, karena ajakan ini menyebabkan bisnis berhala mereka hancur.
Para bangsawan Arab juga marah, karena masyarakat banyak beralih ke Islam, sehingga anak buah mereka menjadi berkurang. Abu Jahal, Abu Lahab, Al Walid bin Mughirah adalah dalam deretan ini.
Para pembesar itu marah, sehingga mereka menangkap beberapa pengikut Rasulullah dan menyiksa atau membunuhnya. Bilal dan ‘Sumayyah’ termasuk dalam deretan sahabat yang disiksa/dibunuh.