Mengapa Pemuda Islam ‘Cuek’ terhadap Agamanya?
“Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.” (Buya Hamka)
Bulan lalu ramai media memberitakan aksi pembakaran Al-Qur’an oleh politikus ekstremis radikal Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Kedutaan Besar Turkiye di Swedia. Tak lama berselang, pemimpin sayap kanan Belanda Edwin Wagensyeld juga merobek salinan Al-Qur’an di depan Gedung DPR Belanda di Den Haag. Lalu, bagaimana reaksi muslim?
Memang betul kaum muslim bereaksi marah dengan kejadian tersebut. Tapi hanya persenan kecil tak sebanding dengan jumlah populasi muslim yang ada. Sehingga kutipan dari Buya Hamka di atas patut sebagai intropeksi jiwa muslim terhadap agamanya.
Mengingat realita hari ini, muslim terutama para pemudanya ‘cuek’ terhadap pelecehan dan penghinaan simbol dan ajaran Islam. Padahal kasus seperti ini acap kali terjadi dan terus berulang. Miris.
Dimana Semangat Bela Islam Pemuda?
Harus diakui, yang dominan hari ini ghirah pemuda Islam terhadap agamanya dalam posisi ‘tenggelam’. Banyak pemuda menganggap agama hanya boleh dibicarakan dalam ranah individu (ibadah ritual) dan tabu dibicarakan di ruang publik Mereka memisahkan antara agama dan kehidupan publik (sekuler).
Bahkan banyak pemuda yang menganggap persoalan pelecehan dan penghinaan agama bukanlah urusan mereka. Tak penting bahkan tak ada guna. Yang menjadi fokus dan orientasi hanyalah kepentingan pribadi, keluarga, hura-hura urusan dunia. Bukti nyata tempat tongkrongan, mall, konser musik, bioskop selalu ramai oleh pemuda. Tapi tempat ibadah, majelis ilmu sepi pemuda. Yang menyedihkan banyak pemuda yang buta baca tulis Al-Qur’an. Wajar mereka tutup mata telinga terhadap pelecehan dan penghinaan agama.
Penyebabnya adalah rapuhnya akidah Islam sebagai landasan berpikir dan beramal pada pemuda muslim, Keengganan pemuda muslim untuk belajar agama, karena agama dari segi kehidupan materialistik dianggap tak berharga.
Pemikiran dan budaya Barat menjadi trend setter pemuda Islam. Lebih dianggap berharga dan keren dalam konteks kehidupan sekarang. Padahal pemikiran dan budaya bebas Barat sangat bertentangan dengan akidah Islam. Baik dari pakaian, pergaulan, gaya hidup, muamalah dan sebagainya.
Iman dan Bela Islam Identitas Pemuda Islam
Pemuda Islam harusnya memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya. Darimana dirinya berasal, untuk apa dirinya hidup di dunia, dan apa yang terjadi setelah kematian dirinya. Akidah Islam telah memberikan tuntuan yang benar. Bahwa diri diciptakan Allah untuk beribadah hanya padaNya. Setelah kematian, ada pertanggungjawaban di hadapan Allah terkait pikiran dan amalnya selama di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz Zariyat ayat 56).