Tolak Timnas Israel, KISDI Minta FIFA Jangan Standar Ganda
Jakarta (SI Online) – Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) menegaskan kembali penolakannya terkait rencana kedatangan Timnas Israel pada Piala Dunia U-20 di Indonesia.
“Yang perlu digaris bawahi yang ditolak itu Tim Israel bukan Piala Dunia U-20 nya, sehingga Indonesia harus tetap menjadi tuan rumah sesuai ketetapan tanpa kehadiran Tim Israel di Indonesia tentunya,” kata Ketua KISDI HM Mursalin dalam konferensi pers bersama MER-C dan AWG (Aqsa Working Group) di Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Mursalin mengatakan, meluasnya penolakan Timnas Israel ke Indonesia pada Piala Dunia U-20 merupakan bukti keinginan masyarakat untuk taat berkonstitusi.
“Posisi bangsa Indonesia terhadap Israel jelas seperti dalam konstitusi yaitu anti penjajahan. Indonesia juga mempunyai Permenlu no 3/2019 yang tidak membolehkan menerima negara penjajah Israel di tempat resmi, secara resmi, tidak boleh mengumandangkan lagu kebangsaan serta mengibarkan bendera Israel atau mengenakan atribut-atribut apapun terkait Israel,” jelasnya.
KISDI menilai FIFA tidak peka, FIFA seharusnya tahu jika Indonesia tidak punya hubungan diplomatik. Seharusnya FIFA bisa mencari solusi, yaitu khusus grup yang ada tim Israel itu mainnya di Singapura, bukan di Indonesia.
“Terkait jargon FIFA “jangan campuradukkan politik dengan olahragaā€¯ itu sudah digugurkan sendiri oleh FIFA, dengan adanya keputusan FIFA yang mencoret Rusia dari perhelatan kualifikasi Piala Dunia 2022 di Qatar karena invansi Rusia ke Ukraina yang hanya baru satu tahun. Sementara Israel sudah 80 tahun lebih menginvansi Palestina, itu harus dijadikan basis argumentasi diplomatis oleh Indonesia agar FIFA konsisten dan tidak menerapkan standar ganda,” jelas Mursalin.
Menurutnya, fakta Israel sebagai negara penjajah semestinya bisa diberlakukan FIFA terhadap Israel dan kesebelasannya karena Israel telah menginvansi Palestina sejak 1948 dan terus berlangsung hinggi kini bahkan semakin brutal pada beberapa tahun terakhir ini, yang menimbulkan banyak makin banyak korban kemanusiaan, termasuk pesepakbola-pesepakbola asal Palestina.
“Jadi, apabila FIFA konsisten dan tidak menerapkan standar ganda, maka penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tersebut akan tetap dapat dilaksanakan secara bermartabat seperti saat FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Rusia terkait Piala Dunia 2022. Sehingga tanpa melibatkan tim sepakbola Rusia, prosesi piala dunia 2022 tetap bisa terselenggara dengan berkualitas dan sportif,” ungkap Mursalin.
Pihaknya mengatakan, warga sepakbola dunia sudah tahu bagaimana FIFA bisa mengakomodir beberapa nilai yang dipegang oleh Qatar sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022 lalu. Misalnya, seperti pelarangan minuman keras di dalam stadion dan penolakan kampanye LGBT.
“Sehingga sikap bangsa Indonesia yang berdiri bersama Palestina dan anti penjajah Israel itu juga bisa diakomodir dengan menetapkan tim Israel tidak bermain di Indonesia,” tandasnya.
red: adhila