Fenomena Challenge, Potret Mentalitas Generasi Pembebek
Belum lama ini fenomena Kiki challenge muncul dan menyita perhatian khalayak ramai, baik tua maupun muda. Challenge yang dilakukan dengan berjoged di luar mobil dalam keadaan pintu mobil terbuka ini cukup digandrungi berbagai kalangan di berbagai belahan dunia. Dalam tantangan tersebut seseorang diminta untuk menari diiringi lagu “In my feelings challenge” dan dilakukan di luar mobil yang sedang berjalan. Tantangan yang dinilai berbahaya ini telah dihimbau oleh pihak berwajib untuk tidak melakukan tantangan ini. Melalui akun resmi instagram-nya, Divisi Humas Polri menyatakan Kiki Challenge melanggar pasal 283, pasal 106 ayat 1 UU No 22 tahun 2009 tentang UU lalu lintas angkutan jalan. (Kompas.com/31/7/2018)
Usai kiki challenge kini Dele Alli Challenge kembali mencuri perhatian publik. Melalui sosial media bermunculan orang yang melakukan gerakan Dele Alli Challenge, challenge ini mengharuskan membentuk gesture “OK” secara terbalik dengan tangan kanan tepat di depan mata. Challenge ini berawal dari pesepak bola Dele Alli yang melakukan selebrasi usai mencetak gol dalam salah satu pertandingannya. Challenge ini menimbulkan beragam komentar, ada yang berlomba-lomba mencoba melakukan tantangan tersebut namun ada pula yang berpendapat bahwa tantangan ini terlarang karena memperagakan simbol mata satu ini sebagai simbol pemujaan terhadap dajjal.
Sebelumnya berbagai challenge telah viral di dunia maya yang dilakukan oleh generasi muda, sebut saja ice bucket challenge, skip challenge, momo challenge dan masih banyak lagi yang cukup berbahaya bahkan menimbulkan korban jiwa. Tidak dapat ditampikkan maraknya penggunaan gadget di kalangan remaja memberikan dampak yang besar, tak jarang menjadi candu bahkan bagi anak dibawah umur, tidak heran mereka bisa berbuat anarkis jika berkaitan dengan gadgetnya. Apa yang salah dengan generasi kita saat ini?
Jika kita melihat fenomena ini dengan pemikiran yang mendalam, maka generasi muda kita tak ubahnya seperti sekawanan bebek. Mengapa demikian? Lihatlah bagaimana seekor bebek yang tidak dikaruniai akal pikiran oleh Allah Ta’ala namun mampu berjalan dalam kawanan yang rapi, lurus dan runtut. Pada kenyataannya mereka mengikuti barisan yang ada di depan. Jika barisan depan bergerak ke kanan, maka yang dibelakangnya akan bergerak ke kanan, begitu pula ketika bergerak ke kiri, maka yang ada dibelakangnya ikut ke kiri, bila yang didepan berhenti, secara otomatis yang dibelakangnya ikut berhenti. Generasi muda kita saat ini yang dikenal dengan generasi milenial tak ubahnya seperti sekawanan bebek tersebut. Bagaimana tidak, mulai dari gaya hidup, kebiasaan, maupun aktivitas selalu mengikuti trend atau hal-hal yang sedang hits saat ini, tidak jarang trend tersebut mengikuti budaya-budaya barat. Tanpa peduli apakah aktivitas tersebut bermanfaat atau tidak, apakah aktivitas tersebut sesuai dengan syariat agama atau tidak, semua dilakukan atas nama trend dan mode semata.
Sistem kufur saat ini telah berhasil menjauhkan generasi muda Islam dari syariat agama sendiri. Sehingga yang terjadi saat ini adalah generasi muda tanpa sadar hidup dalam jeratan sistem kapitalis yang melahirkan gaya hidup hedonis dan permisif, apapun boleh dilakukan untuk memperoleh kebahagiaan semu, ujuk kebolehan dan mencari perhatian, atas nama kebebasan dan hak asasi, tidak lagi sesuai dengan apa yang dibolehkan atau dilarang oleh Allah. Lihat saja bagaimana trend yang berlaku hari ini, pemuda pemudi Islam berperilaku yang jauh dari Islam, ikhtilat atau campur baur dalam aktivitas yang tidak berfaedah juga menjadi pemandangan biasa, berbagai aktivitas di dunia nyata maupun dunia maya yang semakin memprihatinkan, tidak jarang berujung pada kemaksiatan.
Yang semakin memprihatinkan adalah negara sebagai soko guru ketahanan bangsa justru menjadi biang kerok kehancuran bangsa itu sendiri. Negara seolah menjadi perantara bagi para pemuda agar dengan bebas mengekspresikan segala potensinya, hingga tak jarang potensi-potensi yang buruk disalurkan tanpa pengawasan. Bagaimana negara memfasilitasi hal-hal yang ada, baik dalam dunia maya seperti aplikasi tik tok, aplikasi pencarian jodoh, situs porno dan lain sebagainya maupun di dalam dunia nyata yang tidak diawasi secara ketat. Di sisi lain, kita disuguhkan dengan berbagai tontonan yang merusak perilaku remaja, sinetron percintaan muda-mudi menjadi rating tertinggi tanpa ada filter dari lembaga penyiaran. Sehingga wajar jika generasi saat ini tidak mampu menjadi generasi tumpuan dan harapan umat, berganti menjadi para generasi pembebek penghancur peradaban.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam, yang mengatur seluruh aktivitas manusia. Tidak hanya mengatur masalah ibadah maghdah saja seperti sholat, puasa, zakat dan lainnya. Lebih dari itu Islam mengatur seluruh aktivitas hidup manusia, baik dari bangun tidur sampai tidur kembali, termasuk mengatur sistem pergaulan. Kita tahu bersama bahwa tonggak peradaban suatu bangsa berada di tangan generasi penerusnya. Jika generasinya tumbuh dan berkembang dengan menjadikan syariat Allah sebagai jalan hidup, maka akan baik pula peradabannya. Sebaliknya jika generasi penerusnya jauh dari aturan-aturan Allah maka dapat dipastikan kehancuran bangsa tersebut.
Di dalam Islam, Allah dengan tegas melarang manusia mengerjakan sesuatu apabila tidak memiliki pengetahuan akan hal tersebut sehingga menghindarkan manusia dari perbuatan yang sia-sia. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Isra ayat 36, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya.”
Sebagai seorang muslim, sebelum melakukan suatu perbuatan hendaknya kita harus memahami bagaimana Islam memandang hal tersebut, apakah sesuai dengan hukum syara’ atau tidak, apakah hal tersebut memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain atau tidak, sehingga kita tidak menjadi generasi pembebek. Sebab segala sesuatu yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya kelak dihadapan Allah. Rasulullah pun melarang kita untuk mengikuti kebiasaan atau perilaku-perilaku kufur dari suatu kaum, sebagaimana sabdanya, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
Para pemuda di zaman Rasulullah memiliki peranan yang sangat penting. Di awal dakwah Rasulullah banyak sahabat Beliau dari kalangan pemuda, antara lain Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan masih banyak lagi. Melalui merekalah Rasulullah menyebarkan pemikiran-peikiran Islam. Di tangan mereka pula Islam tersebar luas dan membawa Islam meraih kekuatan besar di masa itu. Sebagai contoh, melalui Mush’ab bin Umair pertolongan dari Yatsrib diperoleh. Lain lagi kisah Salman Al Farisi, seorang pemuda yang mencari kebenaran Islam sejak usia belia hingga menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang memiliki kecerdasan tinggi, yang mampu membawa kemenangan bagi kaum muslim saat perang Khandaq.
Oleh karena itu sebagai generasi muda yang kelak akan menjadi para pejuang Islam hendaknya menghindari hal-hal yang dapat merusak aqidah dan keimanannya, dengan cara melakukan segala sesuatu berlandaskan hukum syara’, mempertimbangkan baik buruknya segala sesuatu atas dasar keimanan sehingga tidak mudah terbawa arus perkembangan jaman yang dapat menjurus kepada perbuatan-perbuatan maksiat. Oleh sebab itu sudah saatnya sistem kufur yang menjadi pangkal segala persoalan manusia diganti dengan sistem Islam yang diturunkan oleh Allah kepada manusia, yang dengannya mampu menuntaskan segala permasalahan yang dihadapi kaum milenial saat ini. Hanya dengan sistem Islamlah negara mampu menerapkan seluruh syariat Allah secara menyeluruh, sehingga mampu menjaga generasi Islam dari mental para pembebek peradaban.
Fardila Indrianti, S.Pd
(The Voice of Muslimah Papua Barat dan Anggota Akademi Menulis Kreatif)