Mempersatukan Umat (2)
Oleh: Mohammad Natsir
Timbulnya Tafarruq Bukanlah karena Besarnya Jumlah Organisasi
Pada umumnya kita umat Islam di Indonesia, dengan bermacam-macam kumpulan dan jam’iyah kita, pada dasar dan titik tolaknya, berniat hendak menegakkan Kalimah Allah, dan mengharapkan keridhaan Allah. Begitu rumusan niat masing-masing jam’iyah kita itu, tua dan muda, di bidang sosial, kebudayaan ataupun politik.
Semata-mata banyaknya jumlah organisasi-organisasi Islam itu saja belum berarti suatu “perpecahan” umat Islam.
Ditilik dari jumlah penduduk, dari sudut geografis, etnologis kultural dan lain-lain secara obyektif dapat dipahami, bahwa umat Islam Indonesia adalah wajar untuk mempunyai lebih dari satu organisasi di bermacam bidang.
Dan apabila semua organisasi-organisasi, para pemimpin dan anggotanya sama-sama menyadari dengan sempurna, apa wijhah yang harus mereka tuju sebagai umat Muhammad Saw (sebagaimana yang dibentangkan tadi) dan tetap berpegang kepada itu dalam segala tindak-tanduk perjuangan mereka, maka yang ada bukan perpecahan, bukan tafarruq. Yang akan ada ialah: musabaqah, perlombaan dalam berbuat baik. Perlombaan yang jujur dan sehat. Yaitu, sesuai dengan firman Ilahi:
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ
“Dan bagi tiap-tiap seseorang ada tujuan yang ditujunya, maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebajikan.” (QS. Al-Baqarah: 148).
Tafarruq dan tanazu’, sikut-menyikut timbul bukan semata-mata banyaknya jumlah organisasi Islam. Akan tetapi oleh karena di tengah-tengah perjalanan, wijhah yang diniatkan dan dirumuskan semula jadi samar-samar kabur.
Yang tadinya hendak ditanam hubbu ‘l-Lah dan mukhafatu ‘l-Lah, yakni cinta kepada Allah dan takut kepada Allah. Yang tumbuh di tengah perjalanan ialah hubbu ‘l-‘jah wa hubbu ‘l-mal dan karahiyyatu ‘l-maut, senang kedudukan dan senang harta serta takut mati.
Yang dimaksud tadinya ialah da’watun ila ‘l-Lah, memanggil umat kepada Allah. Yang tumbuh di tengah jalan ialah da’watun llayya nafsi, jual tampang untuk aku.
Yang tumbuh ialah ananiyyah, aku-isme dalam berbagai bentuk dan coraknya. Inilah yang menyebabkan tafarruq perpecahan. Bukan besarnya jumlah organisasi.