Anies itu ‘Petugas Rakyat’ dan Berjuang dengan ‘Partai Koalisi Rakyat’
Ada tanda saling berkebalikan atau berlawanan jika kita membandingkan terjadi “keriuhan politik” antara anggota eks partai oligarki plus Gerindra dengan Koalisi Persatuan untuk Perubahan (KPP) akhir-akhir ini:
Di eks partai oligarki tengah riuh di antara para elite politiknya sendiri, terutama para Ketum partai, setelah bola pingpong “Putra Mahkota” Ganjar Pranowo akhirnya bermuara kembali ke sarangnya, di PDIP.
Keriuhan itu terjadi jelas semakin menegasikan bahwa ada The Real King Maker yang telah membuat keputusan menyudahi betapa sangat “kesulitan” dan “kebingungan” selama ini dalam mengatasi permasalahan bagaimana mencari solusi jalan keluar semakin teralienasinya PDIP.
Padahal, PDIP adalah partai pemenang pemilu 2019 dan sudah otomatis free kuota PT 20%, tetapi seolah terpenjara dalam “kesepian” di tengah-tengah hingar bingarnya dinamika pembentukan koalisi dan bacapresnya partai-partai itu.
Siapa lagi kalau bukan Joko Widodo, seorang petugas partai menjabat Presiden yang masih berdaya dengan segala kekuasaannya mampu “merestorasi” keputusan politik Megawati Soekarnoputri pemilik trah Soekarno untuk menerima bacapres Ganjar Pranowo dari PDIP.
Lantas, bagaimana nasib koalisi besar yang dianggotai KKIR dan KIB yang semula digadang-gadang juga oleh Jokowi untuk mendeklarasikan Prabowo-Ganjar?
Ternyata, oleh tim ahli The Real King Maker itu semua “political round table” Jokowi diperuntukkan dalam kerangka mewujudkan energi daya dorong dan daya guna lebih besar lagi sebagai upaya membangun dan memantapkan tiga strategi meraih pemenangan Pemilu/Pilpres 2024:
Pertama, peserta pemilih di Pemilu/Pilpres 2024 itu nanti 70% akan diikuti oleh kelompok muda dan usia produktif. Sehingga, Ganjar Pranowo, adalah pilihan tepat dari segi usia. Yang kemudian santer formasi bakal disandingkan dengan tokoh muda pula Sandiaga Uno.
Itulah kenapa terkesan mendadak Sandiaga Uno keluar dari Gerindra, semata-mata adalah “rekayasa yang disengaja” supaya cepat hinggap juga ke PPP.
Jadi, lengkap sudah di samping strategi sasarannya untuk menghadapi pemilih kaum muda itu. Juga untuk menemani koalisi PDIP yang masih “jomblo” untuk mengusir kesan lonely-nya itu.
Kedua, semakin jelas menegasikan juga adanya —seperti penulis ungkapkan di artikel “Crooked Coalition” dimuat di situs suaraislam.id — yaitu, sistem keroyokan.