Panji Gumilang Hampir Tumbang
M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Setelah pemeriksaan Panji Gumilang di Bareskrim Senin, 3 Juli 2023 lalu, suasana kebatinan Panji Gumilang penista agama terasa semakin suram.
Sang jagoan kepanjangan tangan kepentingan intelijen sejak masa Ali Moertopo tersebut mengarah pada tanda-tanda kelam. Sulit mengelak dari tuduhan.
Meski Panji masih terlihat arogan dan jumawa tetapi itu terbaca publik semata untuk menutupi keresahan. Bareskrim sudah menaikan status dari penyelidikan kepada penyidikan. Satu kali gelar perkara lagi nampaknya Panji Gumilang akan berstatus tersangka. Jika demikian Panji Gumilang akan gamang, kerajaannya segera tumbang.
Kerajaan NII KW 9 peliharaan “si kumis” ini akan habis masa hidupnya. Kebodohan sang Imam yang menginterpretasi agama seenak udelnya menjadi bumerang. Perempuan jadi imam dan khatib adalah pandangan ngawur. Begitu juga dengan shalat renggang dan bercampur lelaki perempuan itu tidak sesuai dengan Sunnah. Apalagi menyebut Qur’an bukan Kalam Ilahi tetapi ucapan Nabi jelas ungkapan dusta dan menista.
Sang Raja angkuh Kerajaan Al-Zaytun kagum pada Kerajaan Daud di negeri Zaytun dan mendukung kembalinya Israel ke tanah yang dijanjikan ke bukit Zion atau Zaytun. Pantas Panji selalu mengumandangkan lagu spiritual Yahudi “Havenu Shalom Eleichem”. Ia semangat mengibarkan panji kemerdekaan agar Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Terkesan kembalinya diaspora Yahudi ke tanah yang dijanjikan negara Israel menginspirasi atau model bagi kembalinya aktivis NII ke Kerajaan Al-Zaytun. Lalu hukum NII diberlakukan termasuk menafsirkan pelaksanaan syariat sesuai dengan hawa nafsu Panji Gumilang sendiri di Kerajaan Al-Zaytun tersebut.
Kerajaan Al-Zaytun di bawah Raja Panji Gumilang hampir tumbang. Sebentar lagi setelah menjadi tersangka maka Panji akan ditahan Bareskrim. Teriakan soal Israel yang berhak menduduki tanah Palestina, Indonesia tanah suci, membuka hubungan diplomatik atau ocehan lainnya akan terdengar semakin parau. Suara terakhirnya akan terdengar di Pengadilan. Setelah itu senyap dalam keheningan penjara.
Tanpa Panji Gumilang, Al-Zaytun bagai anak ayam kehilangan induk. Negara yang kehilangan kepala negara. Ditutup atau tidak, dibubarkan atau tidak, Al-Zaytun akan tutup dan bubar dengan sendirinya. Panji Gumilang dengan Al-Zaytun bagai jiwa dan raga. Yang penting ada pesantren yang siap menampung anak didik Ma’had Al-Zaytun.
Publik penasaran ingin tahu bagaimana pembelaan “pak kumis” selanjutnya. Masih lantang dan beranikah pasang badan untuk Al-Zaytun? Atau kini ia sembunyi di dalam got bagai tikus celurut? Mengisi hari tua di lorong kegelapan. Lorong permanen dari pilihan hidupannya.
Pemahaman agama seenaknya harus segera dihentikan sebab membahayakan akidah umat. NKRI pun terancam oleh rasionalisme, pluralisme bahkan fir’aunisme Panji Gumilang.
Tumbanglah tumbang Panji Gumilang.
Terlalu lama Al-Zaytun dikelola oleh sang petualang.
Pecundang yang berpura-pura menjadi pemenang.
Wajar jika kini umat meradang.
Karena nekad Firman Allah ditendang-tendang.
Esok kau akan merenung dan mengenang.
Berujar aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang.
Tumbanglah tumbang Panji Gumilang.
Bandung, 6 Juli 2023