KH Muhammad Ma’shum: Hiduplah Mulia Jayakan Islam, Merdekalah dari Pemimpin Negeri Zalim
Kabar duka cepat menyebar. KH Muhammad Ma’shum wafat di Surabaya. Lingkung Pondok Pesantren Modern (PP) Al Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur, sejak Kamis 3 September 2018 sore ramai dipadati pentakziah. Selepas Isya’ mobil ambulan datang diiringi beberapa mobil lain. Setelah jenazah selesai disucikan dan dikafani, di bawa ke masjid utama. Sejak semalam, bergelombang shalat jenazah didirikan. Jamaah senantiasa meluber hingga serambi masjid
Sementara itu melalui sejumlah media sosial, cepat pula beredar berantai kabar duka dan tulisan-tulisan panjatan doa ikut berbela sungkawa. Itu berlangsung semalaman. Salah satu kabar duka, ditulis Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, melalui akun twitter.
“Innalillahi wa innailahi roji’un. Berduka & sungguh kehilangan Guru kami KH Muhammad Ma’shum. Seorang pejuang yg kata kata & perbuatannya selalu seiya sekata. Ulama yg konsisten menyampaikan kebenaran & teguh dalam prinsipnya. Selamat jalan Kyai Ma’shum. Sungguh kami kehilangan”
Saat memberikan kabar itu, Zulkifli Hasan juga mengunggah foto dalam kesempatan dirinya bersama Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto menjenguk Kyai Mumammad Ma’shum. Pada foto tampak diantaranya didampingi Fadli Zon.
Sementara pada kesempatan terpisah sebelumnya, Prabowo Subianto juga sempat menjenguk KH. Muhammad Ma’shum, Selasa, (8 Mei 2018). Saat itu, masih dirawat di RS Delta Surya Sidoarjo, Jawa Timur, sebelum dipindahkan ke RS Siloam-Surabaya Melalui akun Facebook-nya, Prabowo Subianto menyebutkan saat itu membesuk bersama Rachmawati Soekarnoputri.
“Alhamdulillah bersama ibu Rahmawati Soekarno Putri bersilaturahmi dengan guru saya, KH Muhammad Ma’shum pimpinan pondok pesantren modern Al Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur. Walau sedang sakit namun tetap bersemangat berbicara mengenai kebangsaan, memberikan nasihat dan motivasi kepada saya. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kesembuhan kepada KH. Muhammad Ma’shum. Aamiin.
Terima kasih kepada para staff dan tenaga medis RS Delta Surya Sidoarjo atas perhatiannya. Mohon maaf jadi merepotkan. Semoga Kalian semua selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Terima kasih.”
Video Ijtima’ Ulama
Menyusul kabar wafat KH. Muhammad Ma’shum, Kamis, 13 September 2018, segera di hampir semua media sosial, beredar viral video KH. Muhammad Ma’shum saat menghadiri Ijtima Ulama pertama akhir Juli di Jakarta. Duduk di kursi roda dan mengenakan alat bantu pernafasan dengan selang terpasang di hidung, masih memenuhi permintaan untuk menyampaikan nasihatnya.
Ketika itu yang disaampaikan tidak banyak. Namun, sangat mengingatkan kepada seluruh umat muslim di Indonesia untuk tetap gigih berjuang dan membela Agama Islam. “Anda diam tidur di rumah pun mati, anda jihad bela Islam juga mati. Dari pada anda mati di atas kasur, lebih baik mati di medan tempur,” ujarnya kemudian berpantun, “Kereta api dinamakan sepur. Di atas sepur ada kondektur. Daripada mati sakit di atas kasur. Lebih baik mati di medan tempur.”
“Hiduplah mulia dengan menjayakan Islam, merdekakan diri dari setan. Anda mulia daripada anda terjajah oleh setan, oleh pikiran kotor, oleh rezim dzolim. Merdekalah, maka anda akan hidup mulia,” katanya dengan mengingatkan pula agar segenap umat Islam berani berjuang dengan korbankan tenaga, harta, pikiran dan nyawa sekalipun di jalan Allah SWT.
Berawal Tiga Orang Santri
Dikutip dari berbagai sumber tulisan, KH. Muhammad Ma’shum, mendirikan Pondok Pesantren Modern (PP) Al Ishlah yang kini menjadi terbesar di Bondowoso, Jawa Timur, berawal hanya mengasuh tiga santri—–dengan sistem pendidikan tradisional, bertempat di sebuah masjid yang didirikan masyarakat sekitar.
Waktu santri masih sedikit, sering orang lain sering mencemooh dengan kata-kata dan sebutan-sebutan tidak pantas untuk dikutip.
KH. Muhammad Ma’shum yang berasal dari keluarga sederhana, menghadapi cemoohan demikian tidak menjadikan pesimis. Justru sebaliknya, memacu untuk berusaha menjadi mandiri serta selalu memberikan manfaat kepada orang lain. Yaqin dengan memegang Hadits yang kemudian juga dijadikan slogan PP Al Ishlah; “Khairunnas Anfa’uhum Linnas”—– Sebaik-baik manusia adalah yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain.
Jumlah santri secara bertahab bertambah. Perjuangan KH. Muhammad Ma’shum berlanjut dengan mendirikan pondok pesantren kecil—-yang sejak itu sudah diberi nama Al Ishlah. Berkembang sangat pesat, hingga menjadi pondok pesantren besar. Menjadi terkenal, tidak saja di dalam Negeri namun juga sampai keluar Negari.
KH. Muhammad Ma’shum bersama PP Al Ishlah, tercatat kemudian sering mengadakan kerja sama dalam urusan pengembangan pengajaran pesantren dengan beberapa perguruan Islam dan Pesantren di luar negeri, diantaranya kerjasama tersebut terjalin dengan Perguruan Islam dan Pesantren di Singapura, Malaysia juga Pattani di Thailand.
Selain menjadi pimpinan pengasuh PP Al Ishlah Bondowoso, KH. Muhammad Ma’shum, tercatat pula cukup aktif dalam urusan sosial, Kenegaraan dan Kemasyarakatan. Diantaranya pernah menjadi Ketua umum Forum Komunikasi Panti Penerima Bantuan dari Yayasan Dharmais(FKPPBD) Propinsi Jawa Timur.
Satu Ginjal
KH. Muhammad Ma’shum, disela kesibukan bahkan dengan kondisi kesehatan yang terus menurun—yang semestinya mengharuskan sepenuhnya istirahat, namun masih bergiat, sebagai pimpinan pengasuh PP Al Ishlah, memberikan nasihat-nasihat kepada segenap ustaz dan santrinya untuk dapat menjalankan tugas lebih baik.
PP Al Ishlah, dibawah kepengasuhan KH. Muhammad Ma’shum, memberikan pendidikan gratis (beasiswa) bagi santri dari keluarga kurang mampu—-dan anak-anak berprestasi di madrasah juga dari keluarga kurang mampu. Bahkan, nyaris sebagian besar santri, masuk PP Al Ishlah melalui program pemberian beasiswa ini.
Kondisi kesehatan mulai menurun sejak tiga tahun terakhir. Namun keseharian, berktivitas, KH. Muhammad Ma’shum nyaris tidak tampak sebenarnya sudah cukup lama hidup dengan satu ginjal. Belakangan bahkan telah divonis dokter sebagai mengidap kanker, berkembang mencapai tingkat ganas. Akibatnya,jika batuk selalu disertai keluar darah maupun dahak berdarah, sehari sampai enam puluh kali.
Namun, KH. Muhammad Ma’shum sama sekali tidak menampakkan rasa khawatir bahkan takut dan ketakutan. Tetap jalankan tugas dan kewajiban sebagai pimpinan pengasuh pesantren besar. Bahkan, sebelum menjalani rawat inap di RS Delta Surya Sidoarjo, masih pula dapat hadir dan memberikan nasihat-nasihat dalam pertemuan alumni.
Dengan tubuh yang digerogoti kanker ganas, tetap semangat kendati sebenarnya menahan sakit yang luar biasa. Karib disapa Abi, tak surutkan langkah untuk berjuang digaris depan Bela Islam. Tak pernah absen dari aksi-aksi besar bela Islam di Jakarta bersama GNPF Ulama. Karena, pegang prinsip “Hidup di dunia hanya satu kali. Hiduplah yang berarti. Untuk apa takut mati. Pada akhirnya juga tetap mati, Jadilah manusia yang berarti.”
KH. Muhammad Ma’shum Al Lessy lahir di Ambon 66 tahun silam. Wafat Kamis, 3 Muharram 1440 H, bertepatan 13 September 2018, sekira Pk 14.15 WIB di RS Siloam Surabaya.Tinggalkan 11 anak dan dua istri (yang masih hidup). Jenazah dimakamkan di Pemakaman Keluarga PP Al Ishlah Bondowoso, Jumat 4 Muharram 1440 / 14 September 2018 Pk 07.00 berdekatan dengan makam istri pertamanya yang wafat Maret 2018 lalu.
“Muslimin dan muslimat yang kami hormati, sehubungan dengan jarak tempuh Surabaya-Bondowoso dan pengurusan administrasi dengan pihak Rumah Sakit, maka Pemakaman Abuna KH. Muhammad Ma’shum InsyaAllah dilaksanakan pada: Hari/Tgl : Jumat, 14 September 2018 / 4 Muharram 1440 H, Pukul : 07.00 WIB, Tempat: PP. Al Ishlah Bondowoso,” tulis anak bungsu Kyai Ma’shum, Sabi’ Ahmad Faiz melalui pesan WhatsApp.
Rep: Muhammad Halwan/dari berbagai sumber.