Innalillahi, Kyai Muhammad Ma’shum Bondowoso Wafat
Jakarta (SI Online) – Innalillahi wa innailaihi rajiun. Pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur, KH Muhammad Ma’shum meninggal dunia. Kyai Ma’shum meninggal pada Kamis 13 September 2018 pukul 14.30 WIB di Rumah Sakit Siloam Surabaya.
“Telah wafat KH. Muhammad Ma’shum Al Lessy pada hari Kamis, 3 Muharram 1440 H. Bertepatan tanggal 13 September 2018, pada Jam 14:30 WIB,” demikian pesan singkat yang diterima Suara Islam Online, Kamis sore 13 September 2018.
Sebagai informasi, Kyai Ma’shum selama ini telah menderita penyakit kanker stadium empat. Beberapa kali ia dirawat di rumah sakit di Surabaya. Meski demikian, penyakit itu tidak membuatnya berhenti berjuang. Ia aktif dalam aksi 212. Dalam reuni Aksi 212, Desember 2017 lalu, Kyai Ma’shum bahkan menyampaikan orasi dan membacakan pantunnya.
Kereta api dinamakan sepur
Di atas sepur ada kondektur
Dari pada mati di atas kasur
Lebih baik mati di medan tempur
Ulama, guru dan ayah ideologis bagi para santri-santrinya di Pesantren Al Ishlah ini wafat dengan meninggalkan 11 anak dan 25 cucu serta ribuan santri.
Sebelumnya, Kyai Ma’shum juga telah ditinggal wafat oleh istri tercintanya, Hj Maimunah pada 24 Maret 2018 lalu.
Prabowo turut berduka
Ketua Umum Partai Gerindra H Prabowo Subianto adalah salah satu politisi yang memiliki kedekatan dengan Kyai Ma’shum. Melalui akun facebooknya, Prabowo menyampaikan ucapan duka.
“Innalillahi wainnailahiroji’un. Saya dan keluarga besar Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bapak Kyai Haji Muhammad Ma’shum (Kyai Ma’shum Bondowoso), pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur. Beliau bagi saya sangat berarti, seorang guru dan orang tua bagi saya. Semangat juang beliau untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia, menjadi penyemangat bagi saya selama ini,” tulis Prabowo.
Prabowo melanjutkan, “Perjuangan almarhum wajib dicontoh oleh para generasi muda, di mana semangat dan cintanya kepada Republik ini tidak pernah surut. Bahkan walau menderita penyakit kanker paru-paru stadium empat, semangat almarhum tidak pernah surut, selalu memberikan semangat, selalu mengingatkan untuk selalu berada di jalan kebenaran.”
red: farah abdillah