Surat Cinta untuk Hamas
Kecintaan saya terhadap perjungan Palestina melawan Israel sejak sekolah menengah pertama (SMP). Ketika SMP saya pernah menulis kata PLO di lengan ‘seragam pramuka saya’. Ketika itu guru ‘olahraga’ menegur saya karena pakaian itu.
Tahun 2006/2007 saya bekerja di Gema Insani Pers (GIP). Saat itu Ketua Ulama Palestina lewat sahabat kami Dzikrullah datang ke Indonesia. Ia datang untuk mempromosikan bukunya dan menyemangati masyarakat Islam Jadebotabek untuk membela Palestina. Nama ulama itu adalah Dr Nawwaf Takruri.
Kebetulan saat itu saya bekerja di GIP sebagai manajer penerbitan. Saya dengan teman-teman kemudian mengkoordinasikan untuk jadwal ceramah Dr Nawwaf dan tempat penginapannya. Kebetulan saat itu GIP telah menerjemahkan bukunya, yaitu “Dahsyatnya Jihad Harta.”
Dalam buku itu Dr Nawwaf cerita bagaimana dahsyatnya jihad harta dalam Islam. Kata jihad dalam Al-Qur’an hampir semuanya diiringi dengan jihad harta sebelum jihad anfus (jihad jiwa). Kecuali satu ayat dalam Al-Qur’an yang mendulukan jihad anfus sebelum jihad harta.
Dalam buku itu, ulama besar Palestina ini cerita bagaimana Yahudi membela negara mereka Israel. Misalnya ada yang pembelaannya sampai menghemat minum tanpa gula, karena ‘gulanya disumbangkan untuk negaranya Israel’.
Saya sangat terkesan dengan Dr Nawwaf. Karena ia begitu tawadhu’ (rendah hati) dan keyakinannya kepada akhirat sangat tinggi. Ketika ia berada di penginapan Gema Insani, Dr Nawwaf diberikan tempat tidur kasur. Kita di luar rencana tidur di karpet saja. Melihat hal itu ia menolak tidur. Ia ingin semua pakai kasur. Ia tidak mau dibedakan.
Dr Nawwaf selain seorang ulama yang ahli orasi, ia juga ahli dalam menulis. Bukunya setahu saya ada dua yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, pertama tentang hukum bunuh diri dalam Islam dan yang kedua tentang dahsyatnya jihad harta dalam Islam.
Saat Dr Nawwaf datang ke Indonesia, ia didampingi oleh ‘Ketua Pemuda Palestina’. Beberapa hari kita sempat bincang dan diskusi dengannya.
Bergaul dan berdiskusi dengan ulama-ulama Palestina itu saya merasakan ruh perjungan yang tinggi kepada mereka dalam melawan penjajah Israel. Meski Amerika dan banyak negara menuduh pejuang Hamas adalah teroris, saya tidak percaya. Setelah bergaul dengan mereka, saya berani mengatakan bahwa para Pejuang Hamas itu adalah para mujahid. Para mujahid yang ikhlash. Mereka berani mempertaruhkan jiwa, raga dan harta dalam melawan penjajah Israel.
Selain membaca buku “Dahsyatnya Jihad Harta dalam Islam”, untuk memahami kebejatan Israel kita bisa juga baca buku “Diplomasi Munafik ala Yahudi” yang ditulis oleh Paul Findley (Mizan, 1999).
Memang kalau kita berada di Palestina, kita akan merasakan langsung bagaimana bengis dan bejatnya pasukan-pasukan Israel. Coba kita bayangkan tahun 1948, saat itu masyarakat Islam Palestina tidak tahu apa-apa tiba-tiba mereka ditembaki dan diusir dari bumi Palestina. Ribuan orang terbunuh dan jutaan orang diusir dari bumi Palestina.
Sebagai Muslim, tentu kita akan melawan agresi Israel itu. Seperti dulu kaum Muslim Indonesia melawan dengan sekuat tenaga melawan penjajah kafir Belanda (dan Portugis).