Wakil Ketua Wantim MUI: Pernyataan Densus 88 Bentuk Islamofobia Akut
Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) KH Muhyiddin Junaidi menanggapi pernyataan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang mengimbau warga yang mengikuti aksi bela Palestina di Monas, Jakarta Pusat, pada Ahad (5/11) agar mewaspadai kelompok tertentu yang memanfaatkan aksi kemanusiaan tersebut melakukan penggalangan dana untuk teroris.
Kiai Muhyiddin mengatakan, seharusnya Densus 88 mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya semua pihak yang melakukan fundraising dan kegiatan sosial serta aksi bela Palestina, khususnya warga Gaza atas pengeboman biadab Zionis Israel yang sampai hari ini telah merenggut lebih dari sembuilan ribu nyawa warga sipil.
Baca juga: Densus 88 Minta Warga Waspadai Aksi Bela Palestina Ditunggangi Kelompok Teroris
“Teroris yang super biadab itu Zionis Israel yang telah menjajah bangsa Palestina sejak 75 tahun lalu,” ungkap Kiai Muhyiddin dalam keterangannya, Ahad pagi (05/11/2023).
Menurut Kiai Muhyiddin, pimpinan Densus 88 seharusnya membantu dan mendukung kegiatan rakyat Indonesia meringankan beban dan penderitaan rakyat Pakestina. Bahkan jika diperlukan menangkap para teroris Israel dan simpatisannya yang ada di Indonesia.
“Pernyataan Densus dapat dipahami sebagai bentuk Islamofobia akut,” tegas Kiai Muhyiddin.
Umat Islam senantiasa dijadikan tersangka dan diframing media sebagai pihak teroris. Padahal, kata dia, the biggest terorist di dunia adalah Zionis Israel yang terus didukung AS dan sekutunya.
Ketua Dewan Pembina JATTI ini menyarankan, seharusnya Densus 88 menangkap para teroris dari kelompok separatis di Papua yang sudah jelas merongrong kedaulatan negara.
Bahkan, Dewan Pakar Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengatakan, Densus tak perlu lagi mencari muka dengan jualan produk yang sudah kadaluwarsa karena akan ditertawakan dunia internasional.
“Berpikirlah out of the box dan perluas wawasan global supaya tak ketinggalan kereta cepat (high speed train)” ungkap dia. []