Genosida dan Kemiskinan di Balik Kejamnya Netanyahu
Di tengah meningkatnya kejahatan kemanusiaan dan kemiskinan yang mengakibatkan tewasnya ribuan korban di Gaza, PM Israel Benjamin Netanyahu justru menyatakan “TAK ADA YANG BISA HENTIKAN KAMI!”. Lihatlah betapa mengerikan dan sadisnya mereka.
Kesombongan Israel ini merupakan wujud dari QS. Al-Isra Ayat 4 : “Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda : “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tegak memperjuangkan kebenaran, dan mereka tidak akan terpengaruh dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka”. (H.R. Muslim). Ketika Rasulullah SAW. ditanya oleh sahabat tentang siapa mereka itu? maka beliau menjawab : “Di sekitar masjid Al-Aqsa”.
Maka dari itu kita harus teruskan kabar duka ini agar dunia tahu betapa bengisnya kebiadaban zionis Israel terhadap rakyat Palestina yang sudah lebih dari 70 tahun dijajah. Sejatinya, jika Netanyahu menyadari, Israel telah kalah telak secara moral dengan praktik genosida terang-terangan yang dipertontonkan rezim Zionisnya itu. Genosida bukan hanya semata-mata pembantaian atas manusia, tetapi juga penghancuran sistematis atas ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan, inilah yang terjadi di Gaza saat ini.
Gaza telah lama menjadi penjara terbuka terbesar dengan pengolahan limbah dan penyulingan air yang telah dihancurkan, akses listrik dan gas terbatas, kini akses pendidikan juga hancur karena Israel telah membombardir dan meluluhlantakkan area Universitas Al Azhar cabang Gaza.
Dunia seolah tak berdaya atas penderitaan ini, hingga Craig Mokhiber selaku Direktur Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mundur dari jabatannya karena menganggap organisasinya itu gagal menghentikan genosida di Gaza. Mokhiber dalam hal ini mengirimkan surat pengunduran atas dirinya yang terdiri dari empat halaman kepada Komisaris Tinggi HAM PBB di Jenewa Volker Turk. Surat pada tanggal 28 Oktober itu kemudian dipublikasikan pada Selasa (31/10/2023) hingga kini tersebar di media sosial.
Sebelumnya PBB juga telah dinilai gagal dalam mencegah genosida terhadap suku Tutsi di Rwanda; warga Muslim di Bosnia; kelompok Yazidi di Kurdistan Irak; dan Rohingya di Myanmar. Kini, PBB kembali dianggap gagal dalam mencegah genosida di Gaza dan semakin ramai untuk dunia membuka mata atas penderitaan berkepanjangan ini.
Tak hanya di Indonesia, jutaan orang di dunia seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Swedia, Turki, dan Jerman terus menggelar aksi mengecam genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Kita adalah suara bagi rakyat Palestina maka harus tetap memperjuangkan ini karena Konstitusi negara kita juga secara tegas mengharuskan Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Tidakkah atas semua ini menggugah hati nurani kita untuk berpikir dan memperjuangkan keadilan bagi mereka.
Peristiwa ini bukan hanya tentang persoalan agama tetapi soal kekejaman Genosida zionis Israel pada rakyat Palestina serta Hamas yang di cap dunia sebagai Teroris, cukup menjadi manusia seutuhnya agar hatimu bisa berempati dan bersimpati untuk tahu penderitaan rakyat Palestina.
Genosida yang terjadi di kegelapan dan pemadaman total terhadap Internet serta komunikasi. Penjajah Israel melakukan pembantaian berdarah dan pemboman ini semua tanpa henti di darat, laut, dan udara di seluruh wilayah Jalur Gaza. Israel menempatkan pemukim Yahudi bersenjata dan diberikan kebebasan untuk meneror orang Palestina. Sehingga Palestina menjadi punya banyak masalah akibat dari blockade jalan, seperti pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, mereka juga tidak bisa membawa korban ke rumah sakit. Bahkan Gaza disebut sebagai ‘open air prison’.