Emak-Emak dalam Lingkaran Politik
Sebutan emak-emak kembali populer. Istilah tak baku yang ditujukan untuk kaum perempuan itu sekarang diangkat sebagai salah satu isu politik. Terutama, soal kecenderungan pemilih perempuan pada Pilpres 2019 mendatang, Republika.co.id (6/9).
Istilah itu mencuat lagi setelah salah satu bakal calon wakil presiden, Sandiaga Uno, pada saat pendaftaran capres-cawapres ke KPU, Jumat (10/8) lalu, menyebutkan, di Indonesia sudah begitu banyak partai. Namun, belum ada partai yang memikirkan nasib para ibu.
Menjelang Pilpres, suara emak makin diperhitungkan. Dimanapun ada peluang untuk mendulang suara, akan diburu oleh Capres dan Cawapres. Apalagi bertepatan setahun lalu muncul istilah Barisan Emak-emak Militan (BEM). Yaitu ketika para emak berani turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasinya. Bahkan disinyalir mengalahkan mahasiswa dengan Badan Eksekutif Mahasiswanya (BEM).
Para emak mulai tampak berminat terhadap politik. Mengikuti berita di dalam negeri sebagaimana biasa mereka menikmati tayangan infotainment di televisi. Kini mereka memperbincangkan politik pada saat arisan, momong anak-anak, atau belanja di warung, persoalan negeri ini menjadi bahan obrolan hangat mereka.
Semakin tingginya minat para emak untuk mempelajari politik adalah suatu hal yang baik untuk diapresiasi. Hanya saja jangan sampai para emak salah jalan. Alih-alih ingin memperbaiki negeri, tapi malah terjebak di lingkaran pemikiran pragmatis. Melihat fakta tapi tak mampu merubahnya sebab pola pikir terbelenggu dengan aturan manusia.
Padahal siapapun yang sudah aqil baligh terkena beban taklif. Sehingga apapun yang dilakukannya akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah. Oleh sebab itu wajib bagi emak agar selalu mengaitkan aktifitasnya dengan Islam. Sehingga didapat solusi untuk mengatasi persoalan negeri ini adalah solusi yang sahih.
Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [al-Ahzâb/33:36]
Atau jangan sampai juga yang kemudian terjadi adalah para emak hanya asik menjadikan persoalan negeri ini sebagai bahan obrolan. Tanpa kesungguhan untuk terjun langsung mengubah kemungkaran yang terjadi. Karena jika hal itu yang terjadi, maka akan sia-sia. Wacana tanpa aktivitas nyata tidak akan menghasilkan sesuatu apapun.
Begitupun ketika para emak berminat pada politik. Maka kembalikan kepada batasan yang sahih seperti yang ada dalam Islam. Sebab politik Islam sangat luas. Bukan hanya berkaitan dengan capres dan cawapres saja. Juga bukan hanya tentang pemungutan suara untuk pemilu. Akan tetapi politik dalam Islam adalah ri’ayah su’unil ummah, yaitu mengurusi urusan umat.
Maka segala hal yang berkaitan dengan kepentingan umat, adalah perkara politik. Sebut saja masalah impor beras, sistem zonasi sekolah anak-anak, hingga melambungnya nilai dolar dan persekusi ulama. Seluruh persoalan tersebut terjadi di seputar kita. Dan perlu dicarikan jalan keluar yang sahih. Para emak memiliki andil menyelamatkan negeri.
Sebab persoalan politik atau pengurusan umat, adalah perkara yang dekat dengan umat. Yang berpengaruh pada keimanan dan pertanggungjawaban kelak di yaumul hisab. Segala hal yang melingkupi kehidupan umat adalah persoalan politik dan harus dipikirkan bersama untuk dicarikan jalan keluarnya. Sebab pengaturan urusan umat yang keliru akan membuat kehidupan menjadi sempit.
Oleh sebab itu dibutuhkan perubahan pola pikir dalam diri para emak. Emak yang paham politik bukan hanya para emak yang berani demo, unjuk rasa turun ke jalan. Tapi dibutuhkan para emak yang berpikir cemerlang. Pemikiran yang mampu mengaitkan fakta dengan Islam. Inilah pemikiran yang menaikkan level berpikir para emak. Pemikiran yang dikaitkan dengan keimanan yang mantap.
Jika para emak sudah mampu mengaitkan segala peristiwa dengan Islam. Kemudian mencari solusi sahih yang datangnya juga dari Islam, maka para emak telah sampai pada ketinggian berpikir. Inilah yang membuat umat mampu segera bangkit dari keterpurukannya. Umat yang ditopang oleh para emak yang mampu mengguncang dunia. Allahumanshurnaa bill islam.
Lulu Nugroho
(Muslimah Revowriter Cirebon)