Kejahatan Kecurangan Extra Ordinary TSM
Tidak perlu diragukan lagi kecurangan paslon 02 itu terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Sudah bukan lagi dugaan dan atau indikasi, tetapi kecurangan-kecurangan itu memang sesungguhnya sudah nyata-nyata TSM.
Bahkan, suatu kejahatan luar biasa, extra ordinary crime, seperti korupsi dan makar, akan sama persis dengan kejahatan kecurangan TSM di PEMILU 2024 itu. Malah, justru lebih dari sangat luar biasa, “extra-extra ordinary crime”. Kenapa bisa demikian?
Penyebab utamanya, adalah karena semenjak adanya pernyataan Jokowi sebagai Kepala Negara atau Presiden telah secara terang-terangan berkesengajaan ke publik menunjukkan cawe-cawe politik dan keberpihakannya kepada paslon 02.
Itu sudah menjadi bagian by grand design . Bisa dilacak tendensinya dari semenjak muncul pernyataan sebelumnya adanya banjir bandang pendapat dari kroni-kroninya perlunya propaganda perpanjangan tiga periode dan penundaan Pemilu.
Hingga muaranya jebol, disusul seperti terjadi pembalakan pintu di rumah MK. Pemegang kuncinya Anwar Usman. Pendobraknya, adalah kemasgulan dinasti politik Jokowi, Iriana, Gibran dan Kaesang.
Ini pertanda jelas, absah dan meyakinkan Jokowi telah sebagai pemicu terjadinya TSM itu.
Jabatan Kepala Negara adalah struktur tertinggi negara dan pemerintahan. Perintah dan pengaruhnya akan menimbulkan kinerja dan kerja sistematis dan masif. Sistematis itu, adalah kesatuan a part of mechanisme, Masif, penyebaran serentak di seluruh pelosok tanah air.
Tak bisa dipungkiri TSM dengan adanya campur tangan cawe-cawe politik dan keberpihakan Jokowi pada Pemilu 2024 ini dalam pelbagai skalanya pada akhirnya menimbulkan pengrusakan demokrasi. Hingga, tampak nyata dalam eskalasi secara brutalisme dan barbarianisme.
Rekam jejak pengrusakan demokrasi itu akan tercatat dalam sejarah Indonesia kali ini . Bakal dipandang sungguh sangat memalukan dan memilukan di percaturan politik mondial.
Betapa tidak! Ketika keberkembangan demokrasi modern di dunia tengah bergerak sangat maju, dinamis dan menjadi pilihan paripurna politik kenegaraan berkemajuan di pelbagai belahan dunia.
Justru, malah Indonesia sebagai negara satu-satunya mengalami sebaliknya: kemunduran sangat luar biasa melebihi dasawarsa 70-an saat mana otoritarianisme menguasai sebagian besar pilihan politik kekuasaan negara-negara terbelakang, terbodoh dan termiskin di pelbagai belahan dunia: di Asia Afrika, Amerika Tengah dan Selatan dan sebagian Asia.
Dan TSM sebagai anak kandung otoritarian itu menjadi sinyal, ciri dan karakter causa prime pengrusakan demokrasi itu yang tiba saat periode Pemilu akan selalu menjadi alat melanggengkan kekuasaan otoritarian itu.