NU dan IIIT Indonesia Berpartisipasi di International Conference of Religious Leaders dan Majlis Ulama Asia 2024
Kuala Lumpur (SI Online) – Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) menjadi panitia dua acara penting yaitu International Conference of Religious Leaders 2024 dan Majlis Ulama Asia 2024, yang keduanya diadakan di Kuala Lumpur pada Rabu hingga Kamis, 8-9 Mei 2024.
Kedua acara ini disponsori oleh Muslim World League (Rabithah Alam Islami), lembaga dakwah yang didirikan oleh pemerintah Saudi Arabia pada 1962 dimana Sekretaris Jenderalnya saat ini adalah Muhammad bin Abdul Karim Issa. Salah satu tugas penting yang diemban Rabithah adalah menyampaikan risalah Islam dan ajarannya ke seluruh dunia dan menghilangkan kesan yang keliru tentang Islam.
Perwakilan dari Indonesia di acara ini yaitu Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil mewakili Nahdatul Ulama (NU), turut diundang juga Ahmad Husin Lubis dan Murniati Mukhlisin sebagai pengurus International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia.
Perdana Menteri Malaysia ketika membuka acara International Conference of Religious Leaders menyampaikan bahwa “Kami ingin mendengarkan saran, kritik dan saran anda, bagaimana kami harus berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan pemahaman kami tentang Islam dan mengamalkan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kami juga ingin menyampaikan pesan kasih sayang dan keadilan bagi seluruh warga negara kami, Muslim dan non-Muslim.”
Acara ini dihadiri oleh para pimpinan berbagai agama dari 57 negara dan 2000 peserta, nampak datang dari negara dengan minoritas Muslim yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, Inggris, Kamboja, Thailand.
Murniati yang juga Guru Besar Akuntansi Syariah Institut Agama Islam Tazkia berlokasi di Bogor mengatakan bahwa acara ini menekankan tanggung jawab dan peran pemimpin agama terhadap masyarakat.
Sementara itu, pesan utama Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim dalam pidato pembukaannya berkaitan dengan perlunya para pemimpin agama untuk mengambil tindakan dan membantu menenangkan situasi bila diperlukan, terutama di negara-negara di mana ekstremisme tampak merajalela, sehingga menimbulkan ketegangan atau kerusakan dalam masyarakat.
“Perdana Menteri dan sebagian pemimpin agama terutama yang mewakili dunia Islam mengutip QS Al Hujurat (49): 13 yang artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Dari Tafsir Jalalain dibahas bahwa kata Ta’aarafuu yang ada di dalam ayat tersebut adalah Tata’aarafuu, kemudian salah satu dari dua huruf Ta dihilangkan sehingga menjadi Ta’aarafuu; maksudnya agar kita saling mengenal, bukan saling menyombongkan nasab atau nasab masing-masing, karena sesungguhnya kesombongan hanya dinilai dari ketakwaan (atqookum)”, jelas Murniati. [ ]