Pilgub Jabar, Ilham Habibie Kuda Hitam?
Ketika dua nama diunggulkan Ridwan Kamil dan Deddy Mulyadi banyak kalangan memalingkan muka. Ridwan Kamil sudah terbaca “track record” sebagai Gubernur Jawa Barat yang tidak menonjol prestasinya bahkan bagi sebagian warga menilai “loba gaya”.
Ridwan dikenal mahir tampil pencitraan melalui medsos. Terakhir soal Masjid Al Jabar dan Patung Soekarno menjadi “prestasi” kontroversial. Raport merah disematkan.
Tidak jauh berbeda, Deddy Mulyadi juga “loba gaya” yang kadang tampilan pencitraan merakyat malah menunjukkan figur yang “teu ilmiah”. Yang paling mendapat sorotan khususnya di kalangan umat Islam adalah pemahaman keagamaan yang unik, orang menyebutnya “wiwitan”.
Bagi keragaman budaya hal itu dianggap biasa, tetapi bagi kalangan umat Islam dinilai bermasalah khususnya dari segi akidah dan syariah. Aspek keagamaan yang sensitif.
Menurut survey Ridwan Kamil pertama dan Deddy Mulyadi kedua. Nama lain seperi Bima Aria, Taufik Hidayat, Haru Suandaru termasuk Ilham Habibie tidak dalam kategori unggul.
Hanya Ilham Habibie yang berkelas “nasional” tentu menarik. Putera mantan Presiden BJ Habibie ini muncul sebagai kandidat kejutan. Ketika hadir dalam acara Majelis Musyawarah Sunda (MMS) di Gedung Sate ia menjadi pemberitaan sebagai kandidat yang peduli pada pengembangan entitas Sunda. Modal awal penting untuk kiprah ke depan.
Partai Nasdem dikenal sebagai partai politik yang pandai melempar figur yang “bagus”. Meski untuk itu masih butuh sosialisasi lanjutan. Partai Nasdemnya sendiri bisa dikelompokkan sebagai partai “plin plan” cari aman, namun yang dibutuhkan untuk memimpin adalah figur.
Harus diakui Ilham Habibie itu figur “bagus”. Jika saja ia berpasangan misalnya dengan Haru Suandaru (PKS) maka diprediksi akan mampu mengimbangi pasangan Ridwan Kamil maupun Deddy Mulyadi.
Ilham Habibie mampu menjadi kuda hitam Calon Gunernur Jawa Barat. Tiga misi utama soal lapangan kerja, pendidikan/SDM, dan KUKM/ Ekonomi Kerakyatan dapat dikembangkan dengan pengembangan budaya, khidmat agama maupun otonomi Jawa Barat. Profil “nyakola, nyunda, nyantri, dan nyantika” mudah untuk dipenuhi dengan semangat memajukan Jawa Barat.
Ilham dapat membuat unggulan Ridwan Kamil ketar-ketir. Setelah bimbang bertarung di Jakarta, kini di Jawa Barat bakal mendapat lawan yang berimbang. Ridwan “mualaf Golkar” belum tentu kokoh di akar rumput Golkar. Sementara komunitas budaya dan keagamaan juga tidak sedikit yang kecewa. Pokoknya ramailah.
Warga Jawa Barat memiliki kecerdasan dalam memilih Cagub yang serius dan berintegritas bukan yang sekedar gemar bermain di aras pencitraan.
Nampaknya gelindingan ke depan akan semakin menguatkan kedudukan Ilham Habibie sebagai “kuda hitam” Gubernur Jawa Barat. []
M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Bandung, 11 Juli 2024