Hati-Hati terhadap Kaum Kafir
Bila ilmu sosiologi membagi manusia laki-laki wanita, kaya miskin, berpendidikan tidak berpendidikan, maka Al-Qur’an lain. Al-Qur’an membagi manusia berdasar ideologi dan akhlaknya.
Al-Qur’an membagi manusia mukmin, taqwa, adil, kafir, fasik dan zalim. Orang mukmin, takwa dan adil disayang Allah (dijamin surga), sedangkan orang kafir, fasik dan zalim dibenci Allah (masuk neraka).
Bila kita mencermati kehidupan Rasulullah Saw, maka kehidupan Rasul adalah kehidupan ibadah, jihad dan dakwah. Ketika mulai mendapatkan wahyu (40 tahun), Rasul selalu melakukan tiga hal ini. Ibadah Rasulullah sangat hebat. Bayangkan dalam ‘satu rakaat’ Rasul menamatkan surat al Baqarah. Rasul berjihad dan berdakwah sepanjang hidupnya.
Dengan mengerahkan penuh kekuatan fikiran dan jiwanya, Rasul menginginkan agar manusia menikmati Al-Qur’an. Menikmati Islam. Rasul menyatakan bahwa mereka yang meyakini Allah dan Rasul-RasulNya (Nabi Adam sampai Nabi Muhammad) maka dijamin surga. Mereka yang bersaksi ‘Laailaahaillallah Muhammadur Rasuulullah’ dijamin masuk al jannah.
Maka ketika kaum kafir lewat Abu Thalib, menawarkan Rasulullah perempuan yang cantik, harta dan tahta, agar beliau menghentikan dakwahnya, Rasul menyatakan,” Wahai Paman, Demi Allah, kalaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah) sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya.”
Kaum kafir adalah kaum yang tidak mengerti Islam. Kaum kafir adalah kaum yang tidak memahami Al-Qur’an dan kepribadian Rasulullah saw. Kaum yang menutup diri dari ajaran deretan Nabi-nabi yang mulia, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad.
Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa’ dan ra’. Arti dasarnya adalah “tertutup” atau “terhalang”. Secara istilah, kafir berarti “terhalang dari petunjuk Allah.” Ia menutup hatinya tidak mau mempelajari Al-Qur’an, sehingga cahaya Al-Qur’an tidak masuk dalam hatinya.
Kaum kafir digambarkan Al-Qur’an lebih buruk dari binatang. Ia dikaruniai Allah kecerdasan, tapi kecerdasan itu tidak digunakan untuk mencari agama yang terbaik (yang benar). Ia hanya mengikuti hawa nafsu atau nenek moyangnya dalam memeluk agama. Allah SWT berfirman,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Al-Qur’an melihat kaum kafir seperti binatang bahkan lebih rendah lagi. Renungkanlah ayat di bawah ini,
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad 12)