Al-Qur’an adalah Pedoman Hidup dan Hidangan yang Lezat
Manusia dalam hidup ini perlu pedoman. Pedoman yang kuat, yang isi di dalamnya tidak ada yang salah. Pedoman yang membentuk kepribadiannya menjadi saleh dan hebat. Pedoman yang menyatukan hal yang nampak dan yang tidak nampak (ghaib). Pedoman yang menyatukan dunia dan setelah dunia (akhirat).
Pedoman yang selalu membuatnya optimis dalam hidup ini. Pedoman yang berasal dari Tuhan yang maha segalanya. Pedoman yang tidak pernah usang oleh waktu. Pedoman yang selalu ‘update’. Pedoman yang selalu menginspirasi.
Pedoman yang dapat dipegang oleh orang yang berkulit, coklat, putih atau hitam. Pedoman yang membuat hidup manusia menjadi damai. Pedoman yang menentramkan hati bila manusia membacanya. Pedoman yang menjadikan manusia terus ingin tahu maknanya, makna terdalamnya.
Pedoman itu tidak lain Al-Qur’an.
Al-Qur’an kini adalah satu-satunya kitab suci. Selain Al-Qur’an kita bisa sebut sebagai kitab kotor. Kenapa? Karena di luar Al-Qur’an, kitab itu telah bercampur dengan tambahan tangan manusia.
Bibel misalnya, para ahli telah mengetahui bahwa di dalam Bibel telah berubah beberapa kali. Misalnya, dulu di Bibel yang diharamkan babi. Kemudian –karena banyak pengikut Kristen yang suka makan babi- diubah menjadi babi hutan.
Dulu di Bibel nama tuhan adalah Tuhan/God. Kini berubah namanya -mengikuti Islam- dengan Allah. Di Bibel juga diragukan kebenarannya karena menyatakan bahwa beberapa Nabi berzina. Dalam Al-Qur’an para Nabi semuanya maksum, tidak ada Nabi yang melakukan perzinahan (dosa besar).
Imam Hasan Al Bana menyatakan, ”Seluruh dunia ini tersesat dalam kegelapan yang pekat. Seluruh alam berjalan tanpa petunjuk. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh.
Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih dan menangis. Sungguh aneh, karena di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’anul Karim, kitab Allah SWT.
Bak unta mati kehausan di padang pasir, sedangkan air terpikul di atas punggungnya. Mereka tidak mendapatkan jalan petunjuk, padahal di hadapan mereka ada cahaya yang sempurna.”
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy Syura 52)
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. al A’raf 157)