Diburu Netanyahu: Hidup atau Mati
Kepala Biro Politik Hamas Syekh Ismail Haniyeh gugur terbunuh usai menghadiri pelantikan presiden Iran Masoud Pezeshkian. Rumah menginapnya dirudal oleh Israel sehingga Syekh Ismail Haniyeh dan pengawalnya syahid.
Ini pembunuhan sadis Zionis Israel setelah sebelumnya 60 anggota keluarga termasuk 3 putera 4 cucunya tewas pula di tangan Israel.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk pembunuhan. Ia meminta semua warga Palestina bersatu, sabar dan tabah menghadapi pendudukan Israel. Anggota Biro Politik Hamas Mousa Abu Marzook menyebut tindakan Israel “pengecut”, tidak akan dibiarkan begitu saja, ancamnya.
Tayyip Erdogan di Turki berbelasungkawa dan menyatakan “ini adalah pembunuhan memalukan dan serangan ini dapat menyebabkan perang dalam ranah yang lebih besar”. Sementara Wamenlu Rusia Mikhail Bogdanov berujar “Ini pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima dan akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut”.
Serangan proyektil pemandu udara Israel ke kediaman Syekh Ismail Haniyeh pantas untuk berbalas. Iran tentu tersakiti karena “tamu” nya dibunuh di negaranya. Demikian juga Palestina tentu akan memperkokoh perjuangan bersama Hamas Gaza dengan Fatah Tepi Barat. Sebagaimana ungkapan Mahmoud Abbas penting Palestina untuk bersatu.
Israel adalah musuh kemanusiaan, negara kriminal, dan penjajah yang berdalih pewaris sejarah. Tidak merasa salah melakukan pengusiran, menduduki, membunuh bahkan membantai. Peristiwa penghancuran Gaza hingga pembunuhan Haniyeh menjadi gambaran bahwa Zionis Israel memang bangsa biadab yang harus dibasmi atau dimusnahkan. Mengklaim pelanjut Ibrahim tetapi bejat akhlak.
Penghancuran Gaza dan pembunuhan pemimpin Palestina akan berefek pada:
Pertama, menguat simpati dan penerimaan Palestina di dunia. Jumlah pendukung yang mayoritas saat di Sidang Umum PBB kemarin akan bertambah dengan upaya menarik yang “abstain” menjadi “pro”. Free Palestine bukan hanya slogan tapi akan menjadi realita.
Kedua, tentara perdamaian dikirim ke Gaza. Menjadi peluruh dari sikap ngotot Israel untuk menginvasi dan menduduki secara ilegal dan semena-mena. Indonesia sudah biasa bergabung dalam pasukan perdamaian PBB.
Ketiga, “kepala balas kepala” kematian Haniyeh berbalas dukungan penuh dunia beradab untuk kepala Netanyahu. Status terhukum Netanyahu oleh International Criminal Court (ICC) menjadi kekuatan hukum untuk memburu Benyamin Netanyahu “hidup atau mati”.
Keempat, seruan dan solidaritas untuk “rekonstruksi Gaza”. Hal ini akan membuat Israel frustrasi atas kesia-siaan penghancuran Gaza. Kelak dan segera Gaza akan menjadi tetangga macan yang siap menerkam kutu busuk Israel. Yahudi bengek.
Kelima, kematian Syekh Ismail Haniyeh tidak menyurutkan semangat tempur Palestina. Sebaliknya pasukan berani mati akan semakin bertambah, bantuan milisi berdatangan, serta pemimpin baru Hamas dan Palestina akan muncul. Mati satu muncul seribu pemimpin baru.