Mungkinkah Israel Dikalahkan dengan Diplomasi?
اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۚ فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
”Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha: 43-44)
Tentu banyak yang menganggap judul ini aneh. Karena banyak ‘ustaz akhir zaman’ yang berceramah bahwa Israel nanti akan dikalahkan dengan perang. Setelah saya amati argumentasinya ternyata tidak ada dalil yang qath’i atau pasti. Kebanyakaan semuanya adalah prediksi.
Maka disini saya coba memakai dalil sebaliknya. Mengalahkan Israel dengan diplomasi/damai. Kenapa demikian? Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya, abad ini adalah abad internet. Zaman ini beda dengan zaman lalu. Zaman lalu orang yang ahli pedang, negara yang punya nuklir adalah negara yang paling hebat. Orang yang bisa membunuh musuhnya berjuta-juta adalah orang yang paling hebat. Zaman ini sebaliknya.
Lihatlah Israel. Apakah dia disebut hebat bisa membunuh banyak musuhnya? Tidak. Israel justru dikecam oleh warga dunia yang punya hati. Israel dimana-mana didemo dan dianggap sebagai drakula (bukan manusia) yang selalu haus darah. Israel kini menjadi negara terkutuk. Bahkan batu pun kalau seandainya bisa bicara akan mengatakan terkutuklah Israel.
Dulu ketika Amerika menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima dengan bom atomnya, Amerika dikatakan negara hebat. Tidak untuk masa kini. Perilaku Amerikaa seperti itu disebut sebagai kekejaman yang luar biasa. Ketikka Amerika membunuh lebih dari 1 juta orang Irak dalam invasinya tahun 2003, Amerika tidak disebut sebagai negara hebat. Amerika disebut negara teror, atau negara kejam/bengis.
Orang hebat di zaman internet ini, bukanlah orang yang ahli pedang/perang. Tapi orang yang bisa memecahkan problem masyarakatnya, orang yang berbagi ilmu/harta, orang yang kreatif menemukan inovasi baru untuk mempermudah hidup dan semacamnya.
Maka bila kita melihat sejarah Nabi Musa, kita mungkin bertanya mengapa Allah menyuruh Nabi Musa mengatakan kata-kata yang lemah lembut kepada Raja Firaun? Bukankah Firaun Raja yang bengis. Patutlah berkata kepadanya dengan kata-kata yang kasar. Apa hikmahnya?
Kalau kita renungkan, hikmahnya adalah bila kita menghadapi orang yang berperangai kasar, maka haruslah digunakan kata-kata yang lemah lembut. Bila anda berkata kasar juga kepada dia, maka tidak akan terjadi dialog. Anda akan langsung diusirnya.
Dalam sejarah, kita melihat ada dialog yang menarik antara Firaun dan Nabi Musa. Dalam dialog itu Firaun mengatakan dirinya Tuhan. Tapi ketika Nabi Musa menantang agar Firaun menerbitkan matahari dari Barat, Firaun tidak mampu dan marahlah Firaun. Begitu pula Firaun dan ahli-ahli sihirnya kalah beradu tongkat menjadi ular dengan Nabi Musa. Sehingga akhirnya Firaun berniat untuk membunuh Nabi Musa, sang Nabi hebat inipun dikejarnya. Dan ketika Nabi Musa dalam keadaaan terjepit, turunlah pertolongan Allah. Nabi Musa diperintahkan Allah membelah lautan dengan tongkatnya dan akhirnya Firaun tewas tenggelam dalam Laut Merah.
Menghadapi Israel (dan Amerika) ini saya melihat, tidak bisa melawan mereka dengan militer. Israel dan Amerika telah menguasai teknologi dari A sampai Y. Umat Islam -termasuk yang di Gaza Palestina- teknologinya masih sederhana. Bila memaksakan diri melawan militer, ‘dugaan saya akan kalah’. Tapi ijtihad mereka melawan Israel dengan militer tidak salah, karena memang diperbolehkan dalam al Quran. Kita diperangi senjata, kita membalasnya dengan senjata.
Malahan ada ayat Al-Qur’an yang menyatakan,
ذَٰلِكَ وَمَنْ عَاقَبَ بِمِثْلِ مَا عُوقِبَ بِهِ ثُمَّ بُغِيَ عَلَيْهِ لَيَنْصُرَنَّهُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ
“Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. al Hajj 60)