Kotak Kosong itu Kutukan bagi Oligarki
Siapa bilang kotak kosong itu bukan bagian dari norma hukum kedaulatan rakyat? Justru, artikulasi kotak kosong itu merupakan bagian inherent dari suatu sistem demokrasi. Alias, aras daulat rakyat itu sendiri.
Bahkan, kotak kosong itu senjata terakhir dari suatu bentuk perlawanan rakyat berdaulat yang sudah terpentok di-baricade kekuasaan penguasa rezim zalim: The Last The Man behind the Gun.
Kotak kosong itu menjadi jawaban atas paradoksal dan anti demokrasi manakala partai-partai itu sudah bukan lagi menjadi kendaraan politik rakyat yang beragam.
Tapi, sudah menjadi modus operandi dan modus vivendi para elite politik partainya saja yang seragam.
Itulah dramaturgi kotor di panggung politik yang ditunjukkan oleh 12 partai yang mendeklarasikan dukungan kepada Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada DKJ.
Alasan yang disebut kemudian sebagai upaya rekonsiliasi kebersatuan nasional itu tak masuk akal dan terlalu mengada-ada menutupi keculasan dan kelicikan itu sendiri.
Justru, lagi-lagi mereka melanggar norma-norma hukum demokrasi lainnya: meniadakan oposisi, konflik, dialektika dan diskursus, kebebasan menyatakan pendapat, dll
Bahkan, mana ada suatu rekonsialiasi itu sangat mudah dipaksakan —seperti ketiga partai: PKB, Nasdem dan PKS, yang mengusung nyaris perubahan itu sampai menjadi ideologi kejuangan dan perjuangan rakyat itu sampai terakumulasi jumlah 40 jutaan pemilih itu.
Yang luar biasanya boleh jadi sebagai pemilih masyarakat menengah yang melek politik dan intelektual —di Pilpres 2024 yang berseberangan dan hanya bisa dibuat kalah dengan pelbagai daya upaya maksimal kecurangan hingga berbiaya sangat mahal ribuan triliun.
Lantas, kok begitu ujug-ujug bergabung takkan mungkin jikalau keculasan dan kelicikan itu dibuat takkan terulang: tanpa adanya kompensasi.
Dan yang paling logis adalah kompensasi terkesan “berkesantunan” dalam pandangan mereka ketiganya: berupa luberan dana logistik sebagai pelicin “ongkos pengganti kekalahan”itu.
Jadilah, viral PKS berubah bentuk menjadi ‘PSK’, PKB menjadi Partai Kesakitan Bangsa, Nasdem dari panas menjadi adem.