Menjadi Pahlawan Kehidupan
Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pahlawan Nasional, tepatnya pada 10 November nanti. Peringatan ini tidak sekadar untuk diingat, akan tetapi untuk diteladani agar setiap kita menjadi pahlawan- pahlawan dalam berbagai bidang dan profesi.
Dalam setiap perjuangan senantiasa ada pahlawan yang siap mengorbankan jiwa, raga, dan harta. Dalam kontek kekinian, kita selaku anak bangsa harus terus berjuang menjadi pahlawan kehidupan sesuai dengan profesi masing-masing.
Pahlawan itu dapat berkiprah di berbagai bidang dalam kehidupan. Pahlawan itu adalah orang yang berupaya untuk bisa memberikan manfaat kebaikan bagi orang lain. Oleh karena itu, kita mesti menjadi pahlawan-pahlawan dalam kehidupan.
Dalam Islam, pahlawan dimaknai sebagai seorang muslim yang siap berjuang dalam upaya menegakkan kebenaran untuk memperoleh ridha Allah semata. Doktrinnya limardhatillah wa li i’lai kalimatillah hiyal ulya.
Disebut pahlawan karena memiliki kontribusi bagi orang lain, karena semua ajaran dalam Islam memiliki implikasi positif bagi orang lain, dan untuk semesta alam, sebagaimana sabda Nabi Saw, khairunnas anfa’uhum linnas dan firman Allah, wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin.
Berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, dalam QS al-Baqarah [2] ayat 193; QS al-Anfal [8] ayat 39); dan QS an-Nisa [4] ayat 75. Sejatinya pahlawan itu tidak mati, karena jasanya selalu dikenang, kebaikannya tertabur dalam jiwa umat, tidak pernah sirna untuk dikenang dan didoakan. Meski secara lahiriyah sudah tiada.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS al-Baqarah [2]: 154).
Menjadi pahlawan tidak harus berperang, dalam konteks kekinian, berjihad fi sabilillah bisa dengan berperang melawan kebodohan, berperang melawan kemaksiatan, berperang melawan korupsi, berperang melawan kesewenang-wenangan, berperang terhadap fitnah, mengajak kepada yang baik dan menjauhi yang buruk, yang semua itu dilakukan ikhlas karena Allah semata.
Jika hal-hal itu dapat dilakukan dengan semata-mata mengharapkan ridha Allah maka akan menjadi manusia (umat) yang terbaik, karena selalu memiliki komitmen dalam menegakkan amar makruf dan mencegah segala bentuk kemungkaran.
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah yang munkar, kamu beriman kepada Allah; dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran [3]: 110).
Semoga Allah membimbing kita agar dapat menjadi pahlawan yang dirindukan dan selalu siap berjuang dengan memberikan manfaat kebaikan bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Amin.[]
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat