Anak Remaja Bakal Nyaman Curhat Bila Cara Komunikasi Ortu Baik
Jakarta (SI Online) – Memperbaiki cara berkomunikasi antara orang tua dan remaja bisa membuat remaja merasa nyaman untuk berbicara mengutarakan perasaannya untuk menghindari remaja memendam perasaan.
“Anak enggak bisa dianggap sebagai anak terus, kadang-kadang jadi teman jadi ada hubungan kelekatan antara anak dan orang tua yang harus dibina sejak anak masih balita dan ini akan berbekas pada anak sehingga dia merasa cukup nyaman untuk ngomong apa saja,” ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi, seperti dilansir ANTARA, Selasa (03/12/2024).
Dosen Psikologi Pendidikan ini mengatakan cara pengasuhan orang tua kepada anak remaja bisa menentukan apakah anak bisa nyaman bercerita kepada orang tua.
“Orang tua yang menerapkan cara pengasuhan demokratis atau otoritatif akan memberikan ruang pada anak untuk saling berbincang dan berdiskusi dalam menetapkan kesepakatan meskipun orang tua tetap berada pada kendali kuasa tertinggi,” ujar Romi, sapaan akrabnya.
ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi idibogor.org
Namun, lanjut dia, orang tua yang menerapkan pola pengasuhan permisif akan cenderung mengikuti kemauan anak atau justru neglektif dengan tidak menghiraukan sama sekali pendapat anak. Romi mengatakan orang tua memiliki andil untuk bisa menerapkan semua pola pengasuhan namun harus melihat kondisi kebutuhan anak.
Jika remaja tidak dilibatkan dalam diskusi keluarga dan tidak dibiarkan mengeluarkan perasaannya dengan bebas, mereka bisa jadi memendam dan memperlihatkan perilaku yang berbeda.
“Kalau dengan lihat perilakunya yang biasanya terbuka, bisa main kemana-mana tapi tiba-tiba menarik diri, tidak mau makan bersama, tidak mau berpendapat, cuek acuh tak acuh padahal biasanya jadi ramah, itu bisa jadi tanda-tanda juga bahwa ada sesuatu pada diri anak,” katanya.
Romi mengatakan orang tua juga perlu meningkatkan rasa empati terhadap permasalahan remaja sehingga mereka bisa lebih terbuka mengungkapkan apa yang dirasakan dalam pikiran dan keinginannya. Dalam berkomunikasi pada anak juga tidak harus selalu dengan intonasi yang tinggi dan coba memahami perasaannya.
Dengan memahami perasaannya maka komunikasi akan jadi lebih baik, dan tidak hanya melihat dari sudut pandang sebagai orang tua saja tapi juga dari sudut pandang anak.[]
sumber: ANTARA