OPINI

Konflik Serangan di Suriah dan Pentingnya Berjihad Bela Palestina

Hay’at Tahrir Syam (HTS) tiba-tiba beraksi besar lagi. Beberapa kota dan wilayah Barat Daya Idlib Suriah mampu direbut. Musuh mereka, rezim Syiah-Suriah kembali dikagetkan dengan serangan dahsyat dari para pejuang kawakan Jihadis-Suriah. Beruntungnya rezim pimpinan Bashar al-Assad, abang sekutunya, Rusia, bisa gercep alias gerak cepat. Pertolongan dari negara adidaya tersebut segera datang. Maka aksi yang baru seumur jagung itu, dalam beberapa hari saja, paling tidak menurut Rusia-Suriah, (sementara ini) bisa dihentikan.

Aksi militan HTS yang paling membuat was-was musuhnya ialah mencoba merebut kota Aleppo. Tentu pihak Rusia-Suriah sendiri menganggap ini adalah pemberontakan. Sebuah makar besar. Agaknya Bashar al-Assad sedikit bisa bernafas lebih lega.

Markas besar HTS pun dibombardir di dataran al-Ghab, Hama Suriah. Hasilnya banyak pejuang Jihadis-Suriah yang gugur dan bangunan markasnya pun rata dengan tanah. Sang pimpinan, Abu Muhammad al-Julani, untuk sementara waktu dianggap sudah tewas. Entahlah dalam investigasi selanjutnya.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, serangan udara Rusia-Suriah ke markas HTS ini menewaskan 327 pejuang Jihadis-Suriah, juga ada 44 nyawa warga sipil yang terdampak ledakan. Suriah membara kembali? Bisa jadi.

Mengutip dari The Guardians, anggota HTS yang gugur dalam sepekan terakhir telah melebihi 1000 orang. Sebelumnya pada serangan HTS di hari Rabu-Kamis lalu, total 132 orang tewas, termasuk 65 orang anggota HTS, 18 dari faksi-faksi sekutu HTS dan 49 orang dari serdadu rezim Suriah, menurut pemantau HAM Suriah yang dilansir Kompas.

Cukup mengejutkan memang. Jamaah jihad yang dulunya gabungan beberapa faksi jihad, termasuk al-Qaidah Suriah atau Jabhah Nushrah ini kembali menggegerkan media massa dunia. Masih punya taji. Lagi-lagi para Jihadis di Syam kurang tepat dalam sasaran. Bukan kurang tepat dalam timbangan syariat, melainkan kurang tepat dari sisi strategis dan taktis.

Idealnya, para Jihadis-Suriah yang bisa bertahan lebih dari satu dekade. Terhitung dari awal mula jihad atau perang Suriah sejak tahun 2011, semestinya memanfaatkan momentum Jihad Palestina. Tentu akan lebih bijaksana jika pengalaman berjuang, gerilya dan ketahanan yang mereka miliki, ditujukan untuk membantu Palestina. Di mana semua mata dunia tertuju padanya. Di mana kebobrokan Zionis Israel dan sekutu besarnya, Amerika Serikat, sudah ditelanjangi di depan publik dunia bahwa keduanya adalah teroris sejati.

Selain itu, memfokuskan pada musuh bersama akan lebih berwibawa di hadapan dunia. Membuat dunia tahu bahwa ada pihak-pihak yang peduli kepada Palestina. Faktanya memang, tidak ada yang tidak tahu kalau Zionis Israel membantai warga Palestina. Tidak ada yang tidak tahu jika pejuang Hamas dan faksi-faksi jihad Palestina aktif memerangi Zionis dengan cara-cara ksatria. Opini inilah yang seharusnya ‘dimainkan.’

Pengalaman kemampuan penyelundupan senjata, kemampuan bergerilya dan ketahanan logistik yang dimiliki para pejuang dari Jihadis-Suriah, akan sangat efektif untuk membantu Hamas dan kesatuan jihad Palestina. Bahkan bisa saja diprediksi, bantuan militer melawan Zionis Israel akan melambungkan nama pejuang Jihadis-Suriah.

Opini dunia pun, seperti biasa, akan berpihak kepada siapapun yang membantu perjuangan Palestina. Soalnya jika berbicara tentang Palestina, bukan hanya soal keimanan dan jihad, tapi juga soal kemanusiaan. Tragedi kemanusiaan besar dugaan akan meluncurkan simpati, betapapun dari negara-negara mayoritas non-Muslim.

Di negara-negara Barat sendiri, yang sangat kuat lobi Yahudi-Zionisnya, dukungan moril untuk Palestina sangatlah kuat. Terkadang di Amerika Serikat (sebagai sekutu terdekat Zionis Israel) pun demonstrasi untuk membela Palestina kerap dilakukan oleh warganya. Di negara-negara Eropa juga tidak ketinggalan. Bangsa bule yang masih memiliki nurani kemanusiaan tentulah berpihak pada Palestina, bukan pada teroris Zionis Israel, betapapun pemerintah negara-negara mereka mensupport negara Yahudi tersebut.

Untuk kesekian kalinya, mungkin, para Jihadis-Suriah mesti lebih tepat dalam melancarkan target. Target terbaik, tentunya yang sekarang jadi musuh dunia. Manfaatkanlah momentum tersebut. Tentu jika targetnya adalah “musuh bersama,” bolehlah menduga, opini dunia bisa berbalik positif untuk para Jihadis-Suriah.

Setidaknya pernah terbukti, komunitas kecil Salafi-Jihadis di Palestina meskipun ketahuan ‘ikut-ikutan’ membantu Hamas, opini negatif dunia tidak menimpa mereka. Peperangan modern sangat terkait juga dengan perang opini.

Ilham Martasyabana

Artikel Terkait

Back to top button