Membangun Ketahanan Keluarga di Era Digital
Ketahanan keluarga di era modern adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia, terutama bagi umat Islam yang berupaya menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama.
Di tengah derasnya arus globalisasi, perkembangan teknologi (digitalisasi), dan perubahan nilai-nilai sosial, keluarga sering kali menjadi benteng terakhir dalam mempertahankan moralitas dan stabilitas emosional.
Namun, di saat yang sama, keluarga juga menjadi entitas yang paling rentan terhadap berbagai tekanan dari luar. Tantangan ini semakin rumit ketika gaya hidup modern memperkenalkan distraksi baru, seperti media sosial, individualisme, dan perubahan ekspektasi sosial terhadap peran masing-masing anggota keluarga.
Dalam Islam, keluarga memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Ia tidak hanya dilihat sebagai unit sosial terkecil, tetapi juga sebagai wadah utama pendidikan karakter dan penguatan nilai-nilai keimanan.
Dalam QS. At-Tahrim: 6, yang berbunyi
قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
(jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka), mengindikasikan tanggung jawab besar yang dipikul oleh setiap individu untuk menjaga keluarganya, baik secara spiritual, emosional, maupun fisik.
Di tengah tekanan hidup modern, ayat ini menjadi pedoman yang mengingatkan kita untuk selalu menempatkan nilai-nilai agama sebagai landasan utama dalam membangun keluarga yang kuat.
Namun, membangun ketahanan keluarga tidak hanya bergantung pada keimanan semata. Kehidupan modern menuntut keluarga Muslim untuk juga memiliki kecerdasan emosional, kemampuan adaptasi, serta keterampilan dalam memanfaatkan teknologi secara bijaksana.
Teknologi, misalnya, bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia mempermudah komunikasi dan akses informasi, tetapi di sisi lain, ia juga dapat menciptakan jurang dalam hubungan keluarga jika tidak digunakan dengan baik.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan sering kali mengurangi kualitas waktu bersama keluarga. Interaksi tatap muka tergantikan oleh percakapan virtual, dan momen kebersamaan menjadi jarang terjadi karena setiap anggota sibuk dengan perangkat mereka masing-masing.
Salah satu contoh ketahanan keluarga yang paling menginspirasi dalam Islam adalah kisah Nabi Ibrahim AS bersama keluarganya. Ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah gersang yang kemudian menjadi Mekah, ujian keimanan yang mereka hadapi sangatlah berat.