OASE

Punya Sifat Iri Hati? Jangan Ya Dek Ya….

Sebagai manusia biasa, pasti pernah merasakan sesuatu yang dimiliki orang lain ingin kita miliki juga, entah itu berupa benda, kecantikan, kemampmuan dan lainnya. Sebenarnya hal ini wajar dan manusiawi sebagai bentuk dari mempertahankan diri atau gharizatul baqa’.

Namun ada juga seseorang yang tidak hanya menginginkan kenikmatan yang diinginkan orang lain saja, tapi dia sampai merasa tidak suka atau cemburu terhadap kenikmatan itu bahkan menginginkan kenikmatan itu hilang dari pemiliknya.

Nah, sifat tersebut dinamakan iri hati. Iri hati menurut bahasa adalah emosi yang muncul ketika seseorang tidak dimiliki sesuatu yang diinginkan atau dimiliki orang lain. Iri hati juga bisa diartikan sebagai kebencian yang muncul karena orang lain memiliki sesuatu yang tidak dimiliki, dan ingin dimiliki sendiri.

Dalam terminologi Islam, iri hati disebut juga dengan hasad. Hasad adalah sifat yang dilarang. Larangan ini tegas sebagaimana sabda Rasulullah Saw dari Abu Hurairah ia berkata, “Kamu sekalian satu dengan yang lain jangan saling dengiki.” (HR Muslim).

Kalimat janganlah saling mendengki maksudnya janganlah mengharapkan nikmat itu hilang dari orang lain karena yang demikian itu haram. Pada hadits lain disebutkan, “Jauhilah olehmu sekalian sifat dengki, karena sifat dengki itu memakan segala kebaikan seperti api memakan kayu.” (HR Abu Dawud).

Sangat jelas disampaikan pada hadits di atas, bahwa sifat iri atau hasad bisa membahayakan kita sebagai Muslim yang tujuan hidupnya hanya meraih ridha Allah SWT. Karena dengan sifat iri ini, kita akan terus mengumpulkan amal kebaikan, namun kebaikan itu akan hilang dengan adanya sifat iri.

Namun, sebagian masyarakat memandang, sifat iri sebagai cambuk untuk bisa meraih apa yang kita inginkan dan cita-citakan, misalnya seorang pelajar yang iri dengan temannya karena mendapat nilai lebih baik dari dirinya, namun seringkali rasa iri ini membuat seseorang menjadi benci dan tidak ingin orang lain lebih baik dari dirinya. Kalau iri yang ini Hal ini mendatangkan sifat buruk yang lain yaitu dengki jelas dilarang dalam Islam.

Memang, dalam lingkungan sekuler (agama dipisahkan dari kehidupan) ini, hal demikian lebih banyak mudaratnya karena bisa menimbulkan rasa benci, hilangnya empati sesama Muslim bahkan bisa menjadikan seseorang tidak dapat membedakan mana yang halal dan mana yang haram, yang ada di benak mereka hanya bagaimana mendapatkan yang mereka inginkan bukan lagi mencari ridha Allah SWT.  

Lalu bagamana jika kita hanya menginginkan saja tanpa ada rasa cemburu atau dengki?

Dalam kitab Min Muqawwimat al-Nafsiyyah al-Islamiyyah (Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah) dijelaskan, jika seseorang menginginkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki orang lain itu disebut hasad, sementara jika dia hanya menginginkan saja yang sebisa untuk dirinya yang berati tanpa disertai rasa dengki, maka disebut ghibthoh (berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain tanpa mengharapkan nikmat itu hilang dari orang tersebut) itu dibolehkan.

Ghibthoh terjadi pada seseorang merupakan hal yang wajar, karena setiap orang pasti pernah merasa kagum atau bangga dengan seseorang yang dilihat. Misalnya kita ingin menjadi kaya karena ingin banyak sedekah atau kita ingin menjadi seseorang yang alim agar bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain, kemudian keinginan tersebut bisa membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Dan ini tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain.

Jika ghibthoh ini dalam hal dunia, maka itu diperbolehkan, jika ghibthoh itu di dalam hal ketaatan maka itu dianjurkan, sebagamana sabda Rasulullah Saw dari Abdullah bin Mas’ud ra,  ia berkata, “Tidak boleh hasad atau ghibthoh kecuali pada dua orang yaitu orang yang Allah anungrahkan kepadanya harta lalu ia manfaatkan pada jalan kebenaran dan orang yang Allah berikan karunia ilmu (Al-Qur’an dan As-Sunah) ia menunaikan dan mengajarkanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Iri yang dianjurkan sebagaimana yang hadits tersebut adalah iri dalam ranah kebaikan. Kebaikan adalah untuk diupayakan bahkan kita berlomba-lomba untuk meraihnya. []

Cutiyanti, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Artikel Terkait

Back to top button