Menemukan Jati Diri Anak Tengah dalam Cahaya Islam
Anak tengah (middle child/penengah) sering kali berada dalam posisi yang unik dan kompleks dalam struktur keluarga. Mereka tidak selalu mendapatkan perhatian yang sama seperti anak sulung yang sering dianggap sebagai pemimpin keluarga, atau anak bungsu yang biasanya mendapatkan perlakuan istimewa.
Dalam konteks ini, anak tengah mungkin merasa terabaikan atau kurang dihargai. Namun, dalam ajaran Islam, setiap anak memiliki nilai dan hak yang sama untuk dicintai dan diperhatikan.
Al-Qur’an mengingatkan kita bahwa setiap individu adalah ciptaan Allah yang berharga, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-Furqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Penting bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang secara adil kepada semua anak, termasuk anak tengah, sehingga mereka merasa dicintai dan dihargai.
Meskipun menghadapi tantangan dalam mendapatkan perhatian, anak tengah memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan sosial yang unik. Mereka sering kali menjadi jembatan antara saudara-saudara mereka, belajar untuk bernegosiasi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.
Dalam Islam, kemampuan ini sangat dihargai karena mencerminkan nilai-nilai seperti empati, kerjasama, dan toleransi. Sebagaimana diungkapkan dalam Surat Al-Anfal ayat 28: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”
Dengan dukungan yang tepat dari orang tua dan lingkungan sekitar, anak tengah dapat mengasah kemampuan mediasi ini menjadi kekuatan yang dapat membantu mereka dalam kehidupan sosial di masa depan.
Penting bagi anak tengah untuk menemukan jati diri mereka di tengah dinamika keluarga yang beragam. Dalam proses ini, mereka dapat mengeksplorasi bakat dan minat mereka tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi saudara-saudara mereka.
Islam mengajarkan bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang harus dikembangkan melalui usaha dan doa. Seperti dalam Surat Al-Isra ayat 31: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.”
Dengan memahami bahwa perjalanan menemukan jati diri adalah bagian dari rencana Allah, anak tengah dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri.
demikian, mereka tidak hanya menemukan identitas mereka sendiri tetapi juga berkontribusi positif bagi keluarga dan masyarakat di sekitar mereka.[]
Diana Putri Auliyah Rahma, Mahasiswi Univeristas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Medan.