#Bebaskan PalestinaSUARA PEMBACA

Cara Islam Membebaskan Palestina

Kabinet keamanan Israel telah merekomendasikan persetujuan gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pengembalian sandera menjelang rapat kabinet paripurna yang dijadwalkan pada Jumat (17/01/2025) malam. Hasil rapat itu diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Israel. Pembebasan sandera akan dilaksanakan sesuai dengan kerangka yang direncanakan, di mana para sandera diperkirakan akan dibebaskan pada Ahad (19/01/2025).

Perjanjian gencatan senjata akan mencakup jeda pertempuran selama tiga minggu dan pembebasan puluhan sandera Israel dan ratusan tahanan Palestina. Pada fase pertama ini, pasukan Israel akan mundur ke pinggiran Gaza, dan banyak warga Palestina akan dapat kembali ke rumah mereka yang tersisa seiring meningkatnya aliran bantuan ke wilayah kantong yang terkepung. Hamas mengatakan pada Jumat bahwa tidak ada lagi hambatan terhadap perjanjian tersebut.

Konflik di Gaza dimulai ketika Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan menewaskan lebih dari 1.200 orang serta menculik sekitar 250 sandera. Dari para sandera tersebut, hanya kurang dari 100 orang diperkirakan masih berada dalam tahanan Hamas, tetapi sekitar sepertiganya diyakini tewas. Pihak berwenang Gaza mengatakan hampir 47.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam operasi militer Israel berikutnya. Tanpa memberikan bukti, Israel mengatakan jumlah korban tewas termasuk ribuan militan yang dibunuhnya (tirto.id, 18/01/2025).

Gencatan senjata bukan kali ini saja diopinikan, namun sudah berulang kali, tetapi tidak memberikan kebaikan sedikit pun kepada umat Islam. Gencatan senjata ini sejatinya masih menyimpan kerentanan meski besar harapan akan mencapai keberhasilan. Banyak pihak menilai pelanggaran perjanjian masih mungkin terjadi, mengingat pihak Zionis menerimanya dengan setengah hati.

Para pemimpin kaum muslimin sendiri memberi peluang kepada musuh-musuh Allah SWT itu untuk menumpahkan darah, merampas lahan, menghancurkan, dan menodai rumah kaum muslimin. Mereka memberikan sejumlah alasan untuk menindas kaum muslimin dan menghasut serta menakut-nakuti umat Islam di negeri-negeri muslim lainnya agar tidak melakukan tindakan apa pun. Padahal, Allah telah memberikan mereka amanah kekuasaan yang seharusnya dengan kekuasaan itu mereka memiliki tugas untuk menggerakkan tentaranya dalam membebaskan Palestina.

Secara logika, Zionis seharusnya menang melawan umat Islam di Palestina, namun hingga saat ini, Zionis terus-menerus kewalahan menghadapi mujahid Palestina. Dunia malah menyaksikan keimanan kaum muslim Gaza yang begitu mencengangkan. Mereka pantang tunduk walaupun pihak musuh telah melakukan kekejian luar biasa. Mereka tetap sabar menahan segala derita, dan para mujahidnya tetap gigih melakukan perlawanan di tengah diamnya para pemimpin muslim dengan jutaan tentara yang dimilikinya.

Gencatan senjata ini ditandatangani di Doha oleh perwakilan AS dari pihak Zionis dan Hamas, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar. Perjanjian ini berisi beberapa poin kesepakatan, yaitu 42 hari pertama berupa penghentian operasi militer dan pengintaian udara di Gaza, penarikan mundur tentara Zionis dari permukiman padat penduduk ke arah perbatasan Gaza, serta pertukaran tawanan antara kedua belah pihak. Kemudian 42 hari berikutnya berupa penghentian total permusuhan dan operasi militer, diikuti penarikan penuh pasukan Zionis, serta pertukaran tawanan yang tersisa. Lalu 42 hari selanjutnya berupa pemulangan jenazah dari kedua belah pihak, penghentian pengepungan di Gaza, dilanjutkan dengan rekonstruksi Gaza selama 3-5 tahun dengan dukungan internasional.

Jadi, gencatan senjata bukan karena tekanan Trump kepada Netanyahu, namun karena Zionis tidak sanggup mematahkan rakyat Gaza. Gencatan senjata hanya sebagai kedok Zionis untuk mengambil nafas dalam pertempuran.

Walaupun umat Islam di Palestina sendirian, mereka menderita kelaparan, dibunuh, dan banyak pemimpin pejuang yang syahid, mereka tetap dalam keteguhan, kesabaran, dan ketabahan. Keimanan yang menjadi sumber kekuatan girah jihad para mujahid dalam mempertahankan tanah Palestina, tanah kharaziah miliki kaum muslimin, telah menggentarkan zionis.

Umat Islam khususnya kaum muslimin di Gaza harus menyadari bahwa gencatan senjata tidak akan mengubah apa pun. Zionis akan tetap mengkhianati kesepakatan itu dengan menyerang kaum muslimin Kembali. Terbukti, pada 20 Januari 2025, selang satu hari pemberlakuan kesepakatan, Kantor Berita Palestina WAFA (21/01/2025) sudah melaporkan pelanggaran yang dilakukan pihak Zionis Yahudi.

Senin malam waktu setempat, sniper Zionis melakukan penembakan ke arah warga sipil di Kota Rafah. Seorang anak dan warga sipil Palestina dilaporkan tewas dan sembilan orang lainnya luka-luka. Seorang tenaga medis di Rumah Sakit Eropa di Khan Younis juga mengatakan tiga warga Palestina terluka. Drone entitas Yahudi itu menjatuhkan bahan peledak di dekat rumah mereka di bagian timur Rafah.

Sementara itu, Kantor Berita Anadolu juga melaporkan, setelah pembebasan 90 tawanan Palestina, tentara Zionis menyerbu pemukiman warga dan menangkapi puluhan warga Palestina di Tepi Barat, termasuk anak-anak. Dilaporkan, pada Senin itu, setidaknya ada 64 warga yang ditangkap dan dibawa ke kamp militer di utara kota hingga memicu bentrokan baru di wilayah Azzun.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button