Tiga Manfaat Puasa dalam Peningkatan Saraf Otak Menurut Kepala BPOM

Jakarta (SI Online) – Selain merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT, secara neurosains puasa ramadhan ternyata memiliki tiga manfaat luar biasa bagi kesehatan saraf otak.
“Puasa dapat membuat otak mampu bekerja lebih prima, meningkatkan ketahanan mental, serta mengoptimalkan fungsi kognitif,” kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar dalam keterangannya di Jakarta, Senin (03/03) seperti dilansir ANTARA.
Penjelasan itu disampaikan Tarunan dalam Kultum Harian Ramadan (KURMA) di Masjid As-Salam Kantor BPOM Jakarta
Taruna menyebutkan, sebagian orang berpikir bahwa puasa dapat menyebabkan sulit berkonsentrasi dan menurunkan kemampuan berpikir jernih. Namun, yang terjadi pada tubuh justru sebaliknya.
Taruna, yang merupakan ilmuwan neurosains yang pernah menjabat sebagai spesialis laboratorium (specialist) di Departemen Anatomi dan Neurobiologi di Universitas California, Irvine itu menilai, panggilan untuk berpuasa yang tertera pada QS. Al-Baqarah ayat 183 bukan sekadar untuk ibadah, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kualitas diri secara spiritual, mental, dan fisik.
Dari sisi psikologis, katanya, puasa dapat membentuk kepribadian yang lebih baik, memperkuat disiplin diri, serta menjauhkan seseorang dari perbuatan yang bisa mencederai nilai ibadahnya.
Sedangkan dari perspektif neurosains, Taruna menyebutkan, puasa memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan saraf otak.
“Puasa bisa membuat neurotransmiter otak menjadi baik. Ada tiga bentuk utama dari jaringan otak yang memengaruhinya. Pertama, neurosinaptik, ketika otak terlibat pembelajaran baru,” dia melanjutkan.
“Jika sebulan penuh berpuasa, struktur otak kita diarahkan untuk berlatih berpikiran positif, maka ini akan terbentuk, yang dulunya suka marah jadi sabar, itu baru sinaptik,” jelas lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar itu.
Kedua, doktor lulusan Jepang itu melanjutkan, neurogenesis, yakni proses regenerasi sel-sel saraf di otak untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau mati.
“Pada saat kita puasa, maka sel-sel otak yang jelek akan terjadi proses otofagi, melahirkan sel-sel baru, dan regenerasi sel lebih muda, maka otak kita lebih fresh dan lebih mudah ingat,” lanjutnya.
Ketiga, neurokompensasi, yang terjadi ketika seseorang menua, yang mana plastisitas otak menurun. Namun dengan melakukan pembiasaan, maka kinerja otak terlatih menjadi lebih baik.