Masjid Shiratal Mustaqim: Jalan yang Lurus di Tepian Mahakam Samarinda

Sebagai sebuah agama besar, seperti agama-agama pada umumnya yang memiliki tempat peribadatan yang dikhususkan sebagai tempat dan sarana untuk melakukan ritual ibadah kepada Rab-Nya, Islam juga memiliki tempat peribadatan khusus yang kemudian menjadi simbol umat muslim, yakni masjid. Masjid bukan saja berfungsi sebagai tempat ibadah, melainkan memilki fungsi sosial kemanusiaan.
Fungsi Masjid
Masjid dalam Al-Qur’an disebut dan terulang sebanyak 28 kali. Kata masjid berasal dari bahasa Arab: sajada, yusjudu, sajdan, yang berarti sujud atau tempat sujud.
Dalam kamus Al-Munawwir, kata masjid berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “membungkuk dengan hormat dalam posisi sujud pada waktu shalat”. Dari akar kata sajada berubah menjadi masjid yang merupakan kata benda yang menunjukkan arti “tempat sujud”.
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Disini kata masjid tidak lagi hanya berarti bangunan tempat sujud atau shalat, akan tetapi kata masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT (Afif, 2020).
Ketika berbicara tentang fungsi dari sebuah masjid, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat menjalankan ritual hablum minallah, tetapi masjid juga memiliki fungsi sosial kemasyarakat.
Dalam sejarah Islammasjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad adalah Masjid Quba di Madinah. Di tempat inilah Nabi Muhammad memimpin umat Islam, mengajarkan, membicarakan, dan memutuskan segala prinsip yang berhubungan dengan kehidupan Islam.
Makna singkatnya adalah pada zaman Nabi Muhammad, masjid difungsikan sebagai pusat peradaban Islam. Dari sini, dapat diambil pelajaran penting, bahwa sedari awal masjid pertama kali dibangun bukan hanya sebagai tempat peribadatan semata melainkan tempat yang memiliki multifungsi.
Masjid menjadi tempat yang menyatukan umat Islam dalam satu ikatan persaudaraan yang sangat erat bahkan melebihi ikatan keturunan dan kesukuan. Semua menjadi satu bagian dalam ruku’ dan sujud, menghadap dan mengharapkan ridha Allah SWT (Ahlan, 2022).
Sejarah Masjid Shiratal Mustaqim Samarinda
Kerajaan Kutai Kertanegara berdiri di wilayah hilir sungai Mahakam sekira 1300 M. Semula, kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu. Hingga, kerajaan ini mengalami Islamisasi sejak abad ke-16.
Proses islamisasi di Kutai Kertanegara tidak bisa lepas dari peran ulama, yakni Habib Hasyim bin Musyayakh bin Yahya atau Tuan Tunggang Parangan, yang mengislamkan Raja Makota.
Setelah memeluk IslamTuan Tunggang Parangan meminta Raja Makota untuk membangun masjid. Masjid pertama kemudian dibangun pada 1600 M. Namun, menurut sejarah masjid ini tidak ditemukan karena mungkin sudah termakan usia atau zaman. Akan tetapi Kutai Kertanegara masih memiliki tinggalan masjid yang bersejarah, yakni Masjid Shiratal Mustaqim.
Menurut sumber sejarah, Pembangunan Masjid Shiratal Mustaqim dibangun bukan hanya sebagai fasilitas shalat bagi masyarakat Samarinda. Ada sesuatu yang besar di balik pembangunannya.