OASE

Universalitas Islam dari Aspek Zaman

Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah yang terbatas oleh masa atau zaman tertentu, yang implementasinya berakhir seiring dengan berakhirnya zaman itu. Sebagaimana risalah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Setiap nabi sebelum Nabi Muhammad Saw diutus untuk periode tertentu dan zaman yang terbatas. Oleh karena itu, jika sudah berakhir suatu periode itu maka Allah pun mengutus nabi lainnya.

Islam adalah agama bagi manusia pertama (Nabi Adam AS) dan para nabi dan rasul setelahnya, sampai berakhir pada Nabi Muhammad Saw. Jadi Islam adalah agama dari masa ke masa, dari zaman ke zaman, dan tidak pernah terputus.

Semua nabi dan rasul diutus dengan membawa risalah (misi) Islam, menyeru tauhid dan menjauhi thaghut. Inilah yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dengan sangat jelas dan meyakinkan.

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S. An-Nahl [16]: 36).

Bahwa semua nabi dan rasul menyatakan bahwa mereka adalah muslim, dan berdakwah hanya kepada Islam. “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (Q.S. Yunus [10]: 72).

Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS berkata bahwa keduanya adalah muslim. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 128).

Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’kup AS, mereka berdua mewasiatkan kepada putranya masing-masing agar tetap menjadi muslim hingga ajal menjemputnya. “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 132).

Nabi Yusuf AS berdoa kepada Rabbnya agar pada saat meninggal dunia nanti dalam keadaan muslim. “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (Q.S. Yusuf [12]: 101).

Nabi Musa AS berkata (menyeru) kepada kaumnya untuk bertawakkal kepada Allah SWT jika benar-benar muslim. “Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (Q.S. Yunus [10]: 84).

Setelah beriman kepada Nabi Musa AS, para tukang sihir Fir’aun berdoa kepada Allah SWT agar selalu dalam kesabaran dan memohon diwafatkan dalam keadaan muslim. “Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami”. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).”

Nabi Sulaiman AS diutus kepada Ratu Balqis dan kaumnya agar datang kepadanya sebagai muslim. “Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Naml [27]: 31).

Kaum Hawariyyin (sahabat-sahabat Nabi Isa AS) berkata kepada Nabi Isa AS bahwa mereka adalah muslim. “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. Ali Imran [3]: 52).

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button