Mari Bersama Memperjuangkan Islam

Saat ini puluhan ormas Islam ada di tanah air. Ada yang berjuang dalam sistem negara dan ada yang berjuang di luar sistem. Ada yang pro demokrasi dan ada yang anti demokrasi.
Kebanyakan ormas Islam setuju dengan perjuangan dalam sistem (demokrasi). Hanya sedikit yang tidak setuju perjuangan dalam sistem, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jamaah Salafi.
Perbedaan ini tidak mudah disatukan. Karena masing-masing punya dalil yang cukup kuat. Di samping juga karena pengaruh pemimpin dalam jamaah itu atau para ustaznya.
Maka kini yang dibutuhkan adalah kerjasama atau saling pengertian. Dalam bahasa Hasan al Banna kita bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati dan kita bertoleransi dalam hal-hal yang tidak kita sepakati.
Meski demikian, kerjasama atau saling pengertian ini tidak mudah. Di lapangan seringkali terjadi benturan. Kita lihat benturan yang keras beberapa waktu lalu antara Muhammadiyah dan Jamaah Salafi. Juga antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan HTI seringkali terjadi benturan, terutama ketika menjelang pemilu.
Disinilah perlu kedewasaan masing-masing. Di kalangan pimpinan, sebenarnya saling pengertian itu sudah ada. Di kalangan bawah yang nampaknya sulit. Pemahaman kader yang dangkal menjadikan mereka senang untuk berseteru. Apalagi ada dunia media sosial, maka pertengkaran itu biasanya makin seru.
Syekh Yusuf al-Qaradhawi menulis buku yang menarik tentang gerakan-gerakan Islam. Pengalamannya yang Panjang dalam Gerakan Islam, bahkan ia pernah dipenjara, menjadikan dirinya cukup bijak dalam memandang Gerakan Islam. Ia menasihatkan sepuluh langkah yang harus diambil gerakan Islam, agar mencapai kemenangan:
- Dari format dan simbol menuju hakikat dan substansi
- Dari retorika dan perdebatan menuju penerapan dan aksi
- Dari sikap sentimentil dan emosional menuju sikap yang rasional dan ilmiah
- Dari berorientasi ke masalah cabang dan sekunder menuju masalah pokok primer
- Dari menyulitkan dan ancaman menuju kemudahan dan kabar gembira
- Dari kejumudan taklid menuju ijtihad dan pembaruan
- Dari fanatisme dan eksklusifisme menuju toleransi dan inklusifisme
- Dari sikap berlebihan dan meremehkan menuju moderatisme
- Dari kekerasan dan kebencian menuju kelemahlembutan dan rahmat
- Dari ikhtilaf dan perpecahan menuju persatuan dan solidaritas
Sepuluh langkah ini penting sekali dihayati dan dipraktekkan oleh para pemimpin gerakan Islam. Syekh Yusuf sendiri mengalami berbagai cobaan ketika ia berkecimpung dalam Gerakan Ikhwanul Muslimin. Di samping ia pernah dipenjara, ia pun harus terusir dari negerinya, Mesir. Alhamdulillah akhirnya ia diberikan suaka oleh pemimpin Qatar dan ia tinggal di sana hingga wafatnya.
Yang pertama misalnya dari kebanggaan simbol ke hakikat dan substansi. Ini tidak mudah. Masih banyak gerakan yang membanggakan bendera dan simbol-simbol gerakan mereka. Padahal masyarakat lebih senang sebuah gerakan bertindak praktis dan solutif dalam mengatasi permasalahan mereka.
Mantan Kepala Badan Intelijen Indonesia, Zain Maulani pernah memberi nasihat kepada generasi muda Islam, “Banyak orang senangnya mengibarkan bendera. Padahal sedang perang. Justru dengan pengibaran bendera itu musuh mudah untuk membidiknya.”