Seandainya Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin Bersatu

Mengikuti perakan Hizbut Tahrir (HT) ketika masa kuliah adalah sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang sulit dicari ‘tandingannya’.
Aku pertama mengikuti pengajian Gerakan itu ketika kuliah di IPB. Saat itu yang memberikan pengajian adalah Ustadz Abdurrahman al Baghdadi, orang yang pertama kali membawa pemikiran Hizbut Tahrir ke Indonesia. Ia menerangkan tentang pentingnya khilafah, tentu dengan dalil Al-Qur’an dan Sunnah.
Saat ia selesai menerangkan, saya mau bertanya. Tapi karena saya baru pertama kali ikut dan yang ‘paling muda’ saya malu untuk bertanya. Pertanyaan saya tahan.
Yang mau saya tanyakan adalah bagaimana dengan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Al-Qur’an menyatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al Hujurat 13)
Ayat ini menyentuh _banget.- Di situ Allah menyatakan bahwa Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling mengenal. Dari mengenal, maka akan memahami. Dari memahami, maka akan timbul kerjasama.
Barat atau kaum di luar Islam karena tidak mengenal Al-Qur’an, maka mereka tidak punya konsep ini. Maka jangan heran, Barat melakukan imperialisme, penjajahan hingga abad ke-21 ini. Terakhir tahun 2003, karena tergiur minyak Irak, maka Amerika tidak merasa berdosa melakukan pembunuhan lebih dari satu juta orang.
Sejak 1948 hingga kini Israel melakukan penjajahan di Palestina, hingga mengakibatkan jutaan orang meninggal dan terusir dari tanah kelahirannya. Kini Israel terus mengganas di Gaza hingga wilayah itu ‘sebagian besar’ rata dengan tanah. Entah kapan Israel akan menghentikan angkara murkanya. Pemimpin dan tentara-tentara Israel telah berubah menjadi drakula yang terus menerus menghisap darah manusia. Tidak peduli yang mereka hisap adalah darah wanita dan anak-anak. Bagi mereka darah kaum Muslim Palestina menambah kekuatan fisik mereka. Nafsu angkara murka yang menguasai mereka, menjadikan hilang sifat kemanusiaannya.
Karena sejak kecil terbiasa dengan ngaji dengan Kiai dan akrab dengan Kiai, maka saya segera ingin dekat dengan Ustadz Abdurrahman. Akhirnya saya sering ke rumahnya. Bahkan kadang saya mengajak teman-teman untuk silaturahmi dengan ustadz.
Ustadz sangat perhatian kepada murid-muridnya. Selain memberikan pengajian, ia juga kadang meminjamkan kitab, majalah dan lain-lain. Bahkan kadang mobilnya juga dipakai untuk murid-muridnya.
Bila bertemu dengan Ustadz saya sering bertanya banyak hal dan Ustadz menjawab pertanyaan itu dengan sabar. Ustadz sering juga memberikan kisah-kisah sahabat atau ulama zaman kejayaan Islam yang menarik. Saya sangat suka bila Ustadz berkisah.
Karena cukup dekat, saya kadang diajak makan di rumahnya atau diajak jalan-jalan dengan mobilnya.