SOSOK

Ekologi-Sufistik dan Keteladanan Abah Anom

Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau yang akrab disapa Abah Anom merupakan Mursyid Thariqah Qodiriyah Naqshabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat. Abah Anom adalah sosok ulama kharismatik dan sangat ramah terhadap siapapun.

Dalam kunjungannya ke Pondok Suryalaya, Syekh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani mengatakan bahwa Abah Anom memiliki cahaya nur illahi di dalam qalbunya (Irawan, 2024).

Selain mendirikan pendidikan dari level taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi Islam, Abah Anom juga memiliki peran besar dalam bidang sosial. Di antaranya didirikannya Pondok Remaja Inabah atau terapi dalam penyembuhan rehabilitasi pecandu obat-obatan terlarang dengan metode dzikir TQN Suryalaya. Di samping itu, Abah Anom melalui sikap akhlaknya mulia juga peduli terhadap sesama dan bahkan terhadap lingkungan.

Biografi Abah Anom

Abah Anom lahir pada 1 Januari 1915 di Kampung Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah putra dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh), pendiri Pesantren Suryalaya, dan ibu yang bernama Hajjah Juhriyah.

Abah Anom wafat pada usia 104 tahun, pada 5 September 2011 di  Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.

Abah Anom mengawali pendidikan dari ayahnya sendiri, Abah Sepuh yang mengajarinya dasar-dasar ilmu agama. Sejak kecil Abah Anom memiliki kegemaran menuntut ilmu keislaman, kondisi inilah yang menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai macam ilmu keislaman pada usia yang relatif muda (18 tahun). Sejak 1930, beliau menyantri ke beberapa pesantren di Jawa Barat.

Pada 1935 sampai 1937, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Cireungas, Sukabumi yang diasuh Ajengan Aceng Mumu, seorang ahli hikmah dan ilmu silat. Pada 1938, beliau berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu.

Di Makkah ia mengaji di Ribat Naqshabandi belajar kitab tasawuf Syekh Abdul Qodir al-Jailani, kitab Sirr al-Asrar dan Ghaniyyat at-Talibin, kepada Syekh Romli, ulama yang berasal dari Garut (Arifin, 2019).

Keteladanan Abah Anom

Abah Anom adalah sosok yang sangat arif. Mayoritas tamu yang datang kepada beliau dengan maksud menyampaikan pelbagai permasalahan hidup pulang dengan perasaan lega. Siang-malam Abah Anom selalu menerima dan menghormati tamu.

Pernah suatu ketika sepasang suami istri yang berumur lanjut datang kepada beliau dengan membawa sebungkus rengginang. Mereka menginginkan Abah Anom untuk mencicipkannya. Kemudian Abah mencicipnya dan berkata, “eh, raos pisan” (enak sekali).

Sebelum pulang, Abah Anom memberikan sarung dan amplop sebagai ongkos perjalanan tamu. Kemudian rengginang yang sempat dicicip Abah Anom diberikan kepada khadam (pembantu, red) beliau. Saat diberikan kepada khadam-nya, ternyata rengginang tersebut keras. Kejadian ini menunjukkan bahwa Abah Anom bermaksud agar setiap tamunya tidak merasa kecewa. Sungguh sikap yang mencerminkan betapa mulianya akhak beliau (Langitan, 2018).

Pangersa Abah Anom selalu menggunakan bahasa yang halus dan lembut saat menyampaikan dakwah, misalnya dengan ucapan “alangkah baiknya kalau…”. Atau memakai perumpamaan. Abah Anom selalu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran melalui perilaku dan nasehat-nasehatnya. Dalam salah satu kuliah subuhnya, Abah Anom berujar:

“Mari kita jaga ucapan dan tindakan agar selamat. Sekarang, yuk, kita gunakan (ucapan dan tindakan itu) agar diri kita selamat. Selamat langkahnya, gerak-geriknya, bisnisnya, selamat pengobatannya, kerabatnya, orang tuanya, dan selamat semuanya. Sehingga, akhirnyakita tidak teradang rintangan dalam seluruh aktivitas. Insyaallah terbuka jalan kebahagiaan dunia-akhirat. Allah sangat kuasa untuk itu, dari dahulu sampai sekarang karena dirinya kekal adanya sampai kapan pun”. (Salahudin, 2013)

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button