INTERNASIONAL

Eks PM Israel: Netanyahu Lakukan Pembunuhan politik

Yerusalem (SI Online) – Bekas Perdana Menteri yang kini memimpin oposisi Israel, Yair Lapid, memperingatkan kemungkinan terjadinya “pembunuhan politik” di dalam negeri. Lapid juga menyalahkan pemimpin otoritas Benjamin Netanyahu karena dianggap telah menyulut kekerasan.

“Kita sedang menghadapi ancaman pembunuhan politik dari dalam, dan Direktur Shin Bet, Ronen Bar, berada di urutan teratas dalam daftar penerima ancaman (pembunuhan),” kata Lapid seperti dikutip harian Israel Hayom, pada Ahad (20/04) lalu.

Ronen Bar menjadi pusat kontroversi politik setelah pemerintah Israel memutuskan untuk memberhentikannya pada 20 Maret. Namun, Mahkamah Agung kemudian menangguhkan keputusan tersebut sambil meninjau petisi hukum yang diajukan pihak oposisi.

Lapid sendiri mengkritik kepemimpinan Bar, menyatakan bahwa kepala badan intelijen dalam negeri itu seharusnya mengundurkan diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang mengejutkan militer Israel. “Ia seharusnya mundur setelah 7 Oktober karena kegagalannya,” ujar Lapid.

Ia juga memperingatkan bahwa “Israel sedang menuju bencana berikutnya” – yang kali ini, menurutnya, disebabkan oleh hasutan dari dalam.

“Bencana selanjutnya (setelah serangan Hamas 7 Oktober 2023) akan terjadi akibat hasutan gila ini. Kita harus menghadapi seruan-seruan kekerasan ini dan membungkam para penghasutnya. Kita berada di tempat yang gelap dan berbahaya,” tegasnya.

Lapid menuding Netanyahu — yang telah memimpin pemerintahan sejak sebelum serangan Oktober 2023 — sebagai pihak yang mendorong iklim hasutan tersebut. Ia mendesak Netanyahu membungkam para menterinya serta sekutu media yang mendukungnya: “Bungkam para menteri Anda dan corong-corong media yang Anda pelihara.”

Lapid juga meminta Netanyahu agar memperkuat dan mendukung Shin Bet, bukan justru memecah belah dari dalam. “Daripada mendukung hasutan, dukunglah Shin Bet,” kata dia.

Ketegangan itu mencuat di tengah meningkatnya kecaman internasional atas agresi brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 51.200 warga Palestina, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak.

Dalam beberapa pekan terakhir, hampir 150.000 warga Israel telah menandatangani petisi yang menuntut pemulangan para sandera dari Gaza, meskipun itu berarti mengakhiri perang terhadap wilayah tersebut.[]

Sumber: Anadolu

Artikel Terkait

Back to top button