OASE

Menjaga Keikhlasan Guru

Setiap tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hal ini menegaskan pentingnya pendidikan. Ujung tombak dalam pendidikan adalah guru. Di sinilah pentingnya para pengelolanya memperhatikan terutama yang berkaitan dengan keikhlasan guru.

Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sistem pendidikan, tetapi ditentukan pula oleh kualitas guru. Melalui guru, aktivitas paedagogis akan dapat diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat.

Selain sebagai murabbi (pendidik), guru bertanggung jawab melakukan transformasi ilmu dan nilai yang telah ditetapkan kepada siswa. Jika demikian, maka kehadiran guru akan sangat memengaruhi keberhasilan dalam proses pendidikan.

Dalam kehidupan masyarakat, istilah guru mempunyai arti lebih luas, tidak sebatas guru di sekolah. Semua orang yang pernah memberikan atau mengajarkan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut guru. Misalnya, guru silat, guru mengetik, dan guru menjahit.

Mengajar seringkali dikaitkan dengan kegiatan menyampaikan dan memberikan sesuatu berupa bahan dan materi tertentu yang mesti dipelajari oleh siswa. Ketika mengajar, guru hanya mengejar ketuntasan materi pelajaran dan melupakan pendidikan karakter siswa.

Dalam tindak mengajar, terdapat proses transfer dari guru kepada siswa. Jadi, tindakan mengajar lebih berurusan dengan penyampaian materi pelajaran sehingga siswa dapat memahami isi kurikulum yang mesti dipelajari. Hasil ajaran ini lantas diuji melalui proses evaluasi untuk melihat apakah siswa itu dapat menguasai materi yang diajarkan atau belum.

Mendidik memiliki konotasi lebih luas, tidak sekadar menyampaikan materi pelajaran. Mendidik juga tidak sekadar berurusan dengan menyampaikan materi pelajaran. Guru mendidik dengan menghadirkan diri secara utuh (jiwa dan raganya) di hadapan siswa, sehingga siswa merasakan kehadiran guru sebagai sosok istimewa, inspiratif dan rasa hormat.

Guru menjadi teman, sahabat, pengajar, rekan kerja, pendamping, orang tua, dan semua kemampuan individu yang memungkinkan proses belajar di sekolah berjalan dengan baik, di dalam dan di luar kelas. Kegiatan mendidik berkaitan eksistensi keseluruhan individu dalam relasinya dengan orang lain dan lingkungannya. Karenanya, mendidik tidak dapat dibatasi oleh kegiatan tatap muka di dalam kelas.

Muhammad Atiyah Al-Abrasyi, Abdurrahman An-Nahlawi, dan Imam Al-Ghazali menyebutkan sifat-sifat yang hendaknya melekat dalam setiap diri seorang guru. yaitu, zuhud; kebersihan diri; ikhlas; pemaaf; kebapak-bapakan; mengetahui tabiat anak didik; menguasai mata pelajaran; bersifat rabbani; sabar; jujur; membekali diri dengan ilmu; mampu menggunakan berbagai metode mengajar.

Lalu, mampu mengelola anak didik; mengetahui keadaan psikis anak didik; memiliki kepekaan dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi; bersifat adil; tidak meninggalkan nasihat; tidak berlaku kasar; tidak menjelek-jelekkan ilmu yang lain di depan anak didik; tidak mengajarkan sesuatu di luar kemampuan anak didik; mengajarkan pelajaran secara jelas; dan hendaknya pendidik mengamalkan ilmunya.

Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, karenanya guru mesti meningkatkan kualitas menjaga semangat mendidik, dibalut akhlakul karimah, dan ditopang modalitas mengajar, maka akan akan dapat meningkatkan kualitas belajar dan menjadikan kegiatan belajar mengajar suatu kegiatan yang dirindukan. Disamping itu semua, pihak yang berkepentingan pun hendaknya terus berupaya menjaga keikhlasan guru agar suasana belajar mengajar tersebut tetap terjaga dengan baik. Wallahu a’lam. []

Imam Nur Suharno, Pendidik di Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

Artikel Terkait

Back to top button