Agar Anak Menjadi Hebat

Mendidik anak tidak mudah. Apalagi di masa internet ini. Banyak anak-anak kecil main HP tidak terbatas. Orang tuanya membebaskannya. Sehingga tiap hari ia main HP tanpa ada yang membatasinya. Lama-lama ia kecanduan game dan kalau sudah susah untuk dihentikan. Sehingga hidupnya banyak waktu terbuang percuma.
Pendidikan dalam Islam, sebagaimana telah kita bahas dalam tulisan sebelumnya, adalah untuk mewujudkan anak menjadi shalih, cerdas dan kreatif. Bagaimana mewujudkan tujuan pendidkan ini?
Pertama, anak saleh. Untuk menjadikan anak saleh, maka pendidikan anak sejak usia dini harus diterapkan. Anak dididik mengenal Tuhannya, Malaikat, Rasul dan lain-lain. Sehingga apabila ditanya siapa Tuhanmu dan Nabimu? Ia dapat menjawab dengan lancar dan tepat.
Selain itu sebelum umur tujuh tahun, anak-anak sudah dididik untuk shalat lima waktu. Untuk anak laki-laki diajak ke masjid, sedang anak perempuan dilatih ibunya di rumah. Jika anak-anak sudah terbiasa shalat berjamaah, maka ketika besar ia akan merasakan ringan ke masjid.
Membiasakan anak dengan menceritakan kisah-kisah yang Islami juga bagus untuk anak. Orang tua, ibu atau bapaknya gantian membacakan cerita untuk anak kepada mereka. Anak-anak biasanya sangat suka dengan kisah atau cerita.
Bila anak sudah terbiasa dengan shalat, perlu juga mereka diajari doa. Anak-anak diajarkan selain berdoa untuk dirinya sendiri, ia juga diharuskan untuk mendoakan orang tuanya. Dengan doa ini, maka keakraban anak dan orang tua makin erat.
Anak-anak perlu diajarkan bahwa Allah yang menciptakan manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam semesta ini. Ayat-ayat dalam surat Waqiah ini perlu diajarkan kepada anak:
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخٰلِقُوْنَ نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ
Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu pancarkan (sperma)? Apakah kamu yang menciptakannya atau Kami Penciptanya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami tidak lemah. (QS.al Waqiah 58-60)
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ
Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui penciptaan yang pertama. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Apakah kamu memperhatikan benih yang kamu tanam? Apakah kamu yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkan? Seandainya Kami berkehendak, Kami benar-benar menjadikannya hancur sehingga kamu menjadi heran tercengang, (QS. al Waqiah 62-65)
اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan? (QS. al Waqiah 68-69)