Eks PM Ehud Olmert: Israel Tiap Hari Lakukan Kejahatan Perang di Gaza dan Tepi Barat

Yerusalem (SI Online) – Bekas Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menegaskan, rezim Benjamin Netanyahu terus melakukan kejahatan perang setiap hari di Jalur Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat.
Pernyataan itu dia sampaikan dalam wawancaranya dengan media penyiaran publik Israel, KAN, pada Rabu, 21 Mei 2025 lalu.
Olmert juga mengecam pernyataan ekstrem dari sejumlah anggota pemerintahan Pemimpin Otoritas Benjamin Netanyahu, termasuk Kepala Keuangan Bezalel Smotrich, yang pernah menyerukan pembakaran terhadap desa Palestina, Huwara, di Tepi Barat bagian utara.
“Siapa pun yang menyerukan pembakaran desa, itu artinya menyerukan genosida,” ujar Olmert.
“Bukan hanya di Gaza kejahatan perang terjadi. Di Tepi Barat pun, kejahatan perang dilakukan setiap hari oleh warga Israel, tanpa adanya intervensi dari polisi atau militer – bahkan sering kali mereka menutup mata,” katanya.
Olmert yang pernah menjabat perdana menteri pada 2006–2009 itu juga mengkritik genosida yang terus berlangsung di Gaza, dan menyebutnya sebagai “perang politik tanpa arah” yang tidak akan berhasil memulangkan para sandera serta hanya akan memperbesar jumlah korban jiwa di pihak tentara Israel.
Menurut data otoritas Israel, masih ada 58 sandera yang ditahan di Gaza, dengan 20 orang di antaranya diyakini masih hidup.
Sekitar 250 orang ditawan oleh Hamas dalam serangan gerakan perlawanan untuk kemerdekaan Palestina ini pada 7 Oktober 2023.
Sebagian besar telah dibebaskan melalui gencatan senjata sepekan pada November 2024 dan fase pertama gencatan senjata selama 42 hari yang dimulai Januari 2025, namun kemudian dibatalkan oleh Israel pada Maret 2025.
Di sisi lain, lebih dari 10.100 warga Palestina masih ditahan di penjara-penjara Israel. Para tahanan ini menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, sebut laporan lembaga HAM Palestina dan Israel.
Olmert juga menyayangkan sikap pemerintah Israel yang tak pernah mengecam retorika ekstrem.
“Tak ada lagi yang terkejut saat kepala Dewan Regional Samaria menyerukan genosida, atau saat para menteri berteriak: ‘Jangan sisakan satu anak pun hidup di Gaza,” katanya.