NUIM HIDAYAT

Abu Janda dan Pentingnya Perang Pemikiran

Permadi Arya atau Abu Janda selalu bikin masalah. Ia ‘selalu’ membuat postingan-postingan yang memojokkan Islam dan umat Islam.

Entah apa ‘agamanya’. Yang jelas ia senang sekali membuat postingan-postingan di media sosial, khususnya Instagram, yang membela kaum Kristen dan Yahudi. Pria kelahiran 14 September 1973 ini adalah seorang ‘influencer’. Postingan-postingannya di medsos, banyak mendapat dukungan umat non Islam. Ratusan bahkan ribuan. Di Instagram, pengikutnya 557 ribu.

Abu Janda pernah menempuh pendidikan Diploma Ilmu Komputer Informatic It School di Singapura (April 1997) dan menjadi Sarjana Business and Finance University of Wolverhampton di Inggris (1999).

Ia pernah menyatakan Islam adalah agama arogan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Aksi Bela Tauhid adalah aksi politik terselubung. Ia juga pernah menyatakan bahwa bendera ‘Tauhid’ itu bendera teroris. Pegiat medsos ini juga pro Israel dan anti Hamas. Ia mengatakan bahwa mereka yang pro Palestina, bukan karena alasan kemanusiaan, adalah rasis.

Dalam instagramnya yang terakhir ia menyalahkan umat Islam karena memprotes pendirian gereja ‘Batak Karo Potestan’ di Cilodong Depok. Menurutnya pendirian gereja di situ telah mengantongi IMB dan ijin RT, RW lurah dan camat, lengkap. Ia mengecam keras aksi intoleran umat Islam di wilayah itu yang menolak pendirian gereja. Abu Janda menyebut umat Islam yang menolak gereja itu sebagai warga primitif.

Dukungan kepada Abu Janda di Instagram dalam kasus itupun mengalir, lebih 11 ribu komentar di Instagram itu mendukung protes Abu Janda. Para follower Permadi Arya ini mengatakan: ‘dari enam agama di Indonesia cuma satu yang ribut dan ribet sama yang lainnya’, ‘agama ini selalu intoleransi dan bikin ulah dimana-mana’, ‘giliran gereja bagi sembako pada berebut dah’, ‘menteri agama mending mundurlah ente’, ‘agama yang katanya damai’ dan lain-lain.

Penasaran dengan kejadian kasus pendirian gereja di Cilodong ini, saya mencoba menghubungi salah seorang teman di FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Depok. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya perizinan ini tadinya bermasalah. Tadinya, kata teman saya ini, ”RT, RW dan Lurah tidak setuju,” terangnya. Ia juga heran kenapa kemudian ketiganya menjadi setuju. Ia sebenarnya tidak setuju dengan model pencarian izin dari atas (dari walikota dan camat). “Harusnya perizinan dari bawah, agar tidak terjadi konflik,” terangnya.

Memang di Depok atau Jawa Barat, seringkali terjadi masalah pendirian gereja ini. Suatu kali ketika saya menjadi anggota FKUB saya pernah berdebat dengan tokoh Kristen Depok. Saat itu, dalam percakapan di Kesbangpol Depok, ia ingin mendirikan gereja di tiap perumahan. Langsung waktu itu saya protes.

Saya bilang umat Kristen minoritas di Depok atau Indonesia ini enak, mereka bebas berbisnis, berpolitik dan lain-lain. Bahkan mereka bisa menjadi menteri. Lihat umat Islam yang minoritas di Asia Tenggara. Di Filipina, Thailand dan Myanmar umat Islam dipersekusi. Umat Islam di Myanmar dibakar rumahnya, diusir, dibunuhi dan tidak diakui sebagai warga negara. Mendirikan gereja di tiap perumahan adalah berlebihan.

Suatu saat dalam pertemuan masyarakat dengan pemda Depok, ada seorang pemuda Kristen usul ‘mengapa mereka tidak diizinkan mengadakan perayaan Natal di Balaikota’. Pemda Depok saat itu tidak menanggapi pertanyaan dari pemuda itu. Di forum itu akhirnya aku gantian nanya, “Umat Islam itu menderita ketika menjadi minoritas di negeri ini. Lihat di Papua. Umat Islam (dan TNI) dibunuhi oleh Gerakan Papua Merdeka. GPM itu agamanya apa?”

Alhamdulillah di tanah air, saat ini terjadi perdamaian antara Islam dan Kristen. Kita tentu tidak ingin adanya perang agama Islam dan Kristen terjadi lagi. Sebagaimana tahun 1999 ketika umat Islam melaksanakan shalat Idulfitri diserbu oleh orang-orang Kristen, sehingga banyak yang meninggal. Sehingga perang sabilillah antara umat Kristen dan umat Islam waktu itu terjadi beberapa tahun lamanya.

Kini perang yang terjadi adalah perang pemikiran. Perang di media atau di medsos. Bila Abu Janda tampil protes kepada umat Islam, maka banyak umat non Islam atau umat “Islam abangan’ yang mendukungnya. Ribuan, belasan ribu. Yang menentang Abu Janda hanya sedikit.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button