RESONANSI

Belajar dari Ibu di Gaza, Didik Anak dengan Keimanan Menghujam di Dada

“Apakah kalian takut? (dengan kondisi peperangan yang ada),” tanya seorang jurnalis. “Tidak, kami tidak takut. Kami hanya takut kepada Allah”. Begitulah jawaban lantang seorang anak Gaza dalam video yang beredar.

Di video lainnya ketika seorang anak perempuan menemukan rumahnya hancur berkeping-keping dan harus mengungsi, bukan mainan yang dibawanya. Melainkan tertenteng sebuah bantal dan mushaf Al-Qur’an didekapnya.

Dan pastinya masih banyak video lainnya yang mampir di gadget kita, tentang kisah anak Gaza yang banyak memberikan pengajaran iman kepada kita. Mental yang kuat dan prinsip hidup yang jelas telah tertanam dalam benak anak-anak Gaza, sehingga meski kondisi tak ideal mereka bisa tetap hidup dengan penuh keyakinan. Yakin bahwa sebagai seorang Muslim hidup akan mulia dengan melawan penjajah dan bila mati karenanya akan syahid.

Kondisi anak-anak yang luar biasa ini tak lepas dari didikan orang tua mereka, terutama sang ibu. Seorang ibu di Gaza telah berhasil menanamkan akidah yang kuat kepada anak anaknya. Bahkan, sejak dalam kandungan ibu-ibu di Gaza telah memberikan pengajaran terbaik.

Ibu-ibu di Gaza mengandung dengan cita-cita besar untuk anak mereka, menjadi generasi pembebas Baitul Maqdis yang sekarang ada dalam penjajahan.

Dan ketika anak-anak ini lahir, ibu-ibu Gaza menjadikan Al-Qur’an sebagai keseharian yang membersamai mereka. Dipahami dan dihafalnya dalam setiap momen, meski dengan kondisi yang sangat terbatas. Sehingga tak aneh jika video video yang kita lihat di beranda adalah tentang kecintaan mereka pada Al-Qur’an, tentang kecintaan mereka pada Islam, dan tentang kecintaan mereka untuk mempertahankan tanah Baitul Maqdis yang Mulia.

Ibu dan generasi Gaza telah mewarisi darah nenek moyang mereka, yaitu Shalahuddin Al Ayyubi. Seorang ksatria Islam yang berhasil mengembalikan tanah Baitul Maqdis ke tangan kaum Muslimin. Bahkan cita-cita mulia itu telah direncanakan oleh orang tua Shalahuddin Al Ayyubi. Dikabarkan dalam sejarah ayah Shalahuddin Al Ayyubi, yakni Najmuddin Ayyub kala itu tak kunjung menikah, padahal harta dan kemuliaan terkumpul padanya.

Bukan tak mau menjalankan Sunnah Rasul dengan segera, tapi kala itu Najmuddin Ayyub bercita-cita melahirkan generasi yang bisa membebaskan Baitul Maqdis. Cita-cita ini tentunya akan terwujud ketika ia menikahi wanita dengan visi yang sama.

Allah yang menakdirkan, bertemulah Shalahuddin Al Ayyubi dengan wanita yang bervisi sama. Meski wanita ini bukan dari keturunan yang ternama dan merupakan orang fakir, ia merupakan wanita yang dicari Najmuddin Ayyub selama ini. Dari kedua orangtua bervisi besar ini, lahirlah Shalahuddin Al Ayyubi yang kemudian membebaskan kiblat pertama kaum Muslimin dari tentara salib.

Darah perjuangan inilah yang kita lihat hari ini dari ibu dan generasi Gaza. Ia terlahir bukan dari rahim wanita ternama, namun ia terlahir dari wanita yang keimanan dan cita-citanya besar untuk Islam.

Di tengah kondisi yang semakin mendesak, ibu ibu Gaza tetap tegar dan sabar dalam membersamai suami dan anak-anak mereka.

Semoga Allah merahmati para ibu Gaza. Semoga Allah memenangkan perjuangan kaum Muslimin, dan menghinakan musuh. Dan semoga kita semua yang sedang berada pada kondisi lebih aman dari mereka, bisa lebih optimal dalam membersamai dan mendidik anak-kita. Semoga Allah menolong kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin.[]

Elis Irma Ratnasari, Pemerhati Generasi.

Artikel Terkait

Back to top button