OPINI

Politik Islam (Masih) Dimarginalkan, Kenapa?

Delapan dekade kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang penuh dinamika. Berbagai perjuangan telah dilalui untuk mewujudkan negara yang merdeka, adil, dan makmur.

Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah, sejauh mana umat Islam -yang sejak awal memiliki peran besar dalam merebut kemerdekaan- terlibat dalam politik dan pemerintahan Indonesia pasca kemerdekaan? Apa yang menjadi akar dari marginalisasi politik Islam di Indonesia, dan apakah cita-cita para tokoh Islam dalam kemerdekaan sudah terwujud?

Umat Islam telah memainkan peran yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejak masa penjajahan Belanda, Islam tidak hanya menjadi agama mayoritas, tetapi juga kekuatan sosial-politik yang menggerakkan perlawanan.

Organisasi seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU) dengan tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim, KH. Hasyim Asy’ari, dan Muhammad Natsir memiliki pengaruh besar dalam membangkitkan semangat rakyat melawan penjajah hingga meraih kemerdekaan.

Selain itu, umat Islam berjuang dengan cara yang berbeda, baik melalui diplomasi maupun perlawanan bersenjata. Salah satu contoh penting adalah perjuangan NU yang mendirikan Barisan Hizbullah untuk membela kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah.

Peran umat Islam dalam mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan jelas tidak bisa dipandang sebelah mata.

Cita-Cita Tokoh Islam dalam Kemerdekaan

Cita-cita yang digagas oleh tokoh-tokoh Islam dalam meraih kemerdekaan adalah menciptakan negara yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid (mengesakan Allah SWT), keadilan, dan kemakmuran melalui pengamalan syariat Islam.

Dalam Sidang BPUPKI 1945, tokoh-tokoh Islam seperti Muhammad Natsir, KH. Hasyim Asy’ari, dan Haji Agus Salim mengusulkan bahwa dasar negara Indonesia seharusnya berdasarkan pada Islam.

Meskipun Pancasila yang akhirnya dipilih dan mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam, implementasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan politik dan pemerintahan tidak selalu mencerminkan cita-cita yang diinginkan oleh para pendiri bangsa dari kalangan Islam.

Politik Indonesia cenderung terjebak dalam pragmatisme yang mengabaikan aspek ajaran Islam dalam pengambilan keputusan politik dan kebijakan publik.

Keterlibatan Tokoh-Tokoh Islam dalam Sistem Politik Formal Saat Ini

Politik Islam di Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari partai politik yang berbasis Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Ummat. Namun, meskipun terdapat keterlibatan signifikan dari tokoh-tokoh Islam dalam sistem politik formal, kontribusi mereka seringkali dirasakan tidak sebanding dengan peran penting umat Islam dalam kemerdekaan.

Salah satu alasan utama adalah adanya fragmentasi dalam tubuh politik Islam itu sendiri. Berbagai partai Islam seringkali terpecah, baik dalam hal ideologi, strategi, maupun tujuan. Hal ini membuat politik Islam kehilangan daya tawar yang kuat di hadapan partai-partai sekuler yang lebih dominan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button