#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Genosida di Gaza Makin Brutal, Korban Gugur 62.064 Orang dan 156.573 Terluka

Gaza (SI Online) – Perang di Jalur Gaza kini memasuki hari ke-684. Namun alih-alih mereda, agresi militer Israel justru semakin brutal. Serangan udara, penembakan artileri, dan penghancuran rumah-rumah warga terus berlangsung, menambah panjang daftar korban jiwa, luka, dan hilang di wilayah yang telah dikepung selama hampir dua tahun.

Di tengah kelaparan yang mencekik dan pengungsian paksa jutaan warga, dunia menyaksikan dengan sunyi. Dukungan politik dan militer Amerika, serta kegagalan komunitas internasional, membuat penderitaan rakyat Palestina seolah tidak berujung.

Luka Kemanusiaan yang Terus Terbuka

Sejak fajar, rumah sakit-rumah sakit di Gaza kembali dipenuhi korban. Sedikitnya 31 warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan terbaru Israel.

Di Rafah, sejumlah warga yang tengah menunggu bantuan justru menjadi sasaran peluru tajam tentara Israel. “Mereka hanya ingin sepotong roti, tapi malah ditembak,” ujar salah satu tenaga medis di Kompleks Medis Nasser, Khan Yunis.

Tak jauh dari sana, tiga orang tewas dan lebih dari sepuluh lainnya luka-luka akibat serangan ke sebuah rumah di Jabalia, Gaza Utara. Di Kota Gaza, pesawat tempur Israel meluluhlantakkan permukiman Al-Sabra dan Al-Zeitoun, sementara artileri menembaki kamp pengungsi Nuseirat tanpa henti.

Tragedi semakin memilukan ketika satu keluarga—seorang ayah, ibu, dan tiga anak mereka—tewas dalam serangan udara ke sebuah tenda pengungsi di kamp Al-Shati. “Kami hanya mendengar jeritan, lalu semuanya hancur,” tutur seorang saksi mata dengan suara bergetar.

Rumah Sakit Penuh Sesak

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan tingkat hunian rumah sakit telah mencapai 300 persen—angka yang mencerminkan betapa runtuhnya sistem kesehatan akibat blokade dan pemboman berulang.

Rumah Sakit Al-Awda melaporkan menerima 12 jenazah dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak perempuan. Sebagian besar korban tewas saat tengah mengantre bantuan makanan.

Di Khan Yunis, Arej Abu Sahloul (32 tahun) dan dua anaknya, Sama (10 tahun) dan Sajid (3 bulan), tewas dalam serangan yang menghantam rumah mereka.

“Tidak ada tempat yang aman. Tidak ada rumah yang utuh. Bahkan kuburan pun dihancurkan,” kata Munir Al-Barsh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza.

Genosida di Bawah Dukungan Amerika

Sejak awal agresi pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan mencatat sedikitnya 62.064 warga Palestina tewas, 156.573 luka-luka, serta lebih dari 10.000 orang hilang. Angka itu belum termasuk ribuan yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Lebih dari 2 juta warga hidup dalam pengungsian paksa, sebagian besar tanpa akses pada makanan, air bersih, dan obat-obatan. Jumlah korban kelaparan juga meningkat, dengan 266 kematian, termasuk 112 anak-anak.

Israel juga menggunakan distribusi bantuan sebagai “jebakan maut”. Sejak 27 Mei 2025, ketika pos distribusi diubah menjadi perangkap, lebih dari 1.996 warga tewas saat mencari makanan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button