Kiai Husnan Bey Fananie dan Harapan Kebangkitan Partai Islam Legendaris

Menjelang Muktamar PPP pada September 2025, dinamika internal partai Islam legendaris ini semakin memanas, ditandai dengan kemunculan beberapa kandidat kuat sebagai calon ketua umum. Di tengah pusaran tersebut, muncul sosok Kiai Prof Husnan Bey Fananie yang membawa dimensi baru di tengah dominasi politisi karir dan elit bisnis dalam partai.
Sebagai ulama, akademisi, dan diplomat, Husnan B Fananie adalah representasi langka sosok ulama yang mampu menjembatani tradisi keagamaan dan politik modern, semangat yang pernah dihidupkan tokoh seperti Gus Dur. Kiai B Husnan tidak hanya dipandang sebagai figur politik, tetapi juga simbol moral dan spiritual yang bisa mengembalikan PPP ke jalur historisnya sebagai partai Islam yang kuat dan bermartabat.
Dari perspektif teori kepemimpinan politik, sebagaimana dikemukakan Samuel P. Huntington dan Seymour Martin Lipset, kebangkitan partai memerlukan pengelolaan konflik internal yang baik, mobilisasi dukungan luas, jaringan kuat, ideologi jelas, dan kepemimpinan visioner. Husnan membawa modal penting itu: jaringan politik luas, kolaborasi internal dan eksternal, serta visi inklusif yang menegaskan umat Islam sebagai subjek aktif demokrasi, bukan sekadar objek politik.
Namun, tidak bisa dipungkiri tantangan yang dihadapi berat dan kompleks. PPP harus merangkul akar tradisionalnya sebagai partai santri, sekaligus bertransformasi sesuai tuntutan zaman, terutama merangkul kaum muda dan kelas urban yang dinamis. Strategi koalisi lintas ormas Islam, penguatan nilai integritas, kebijakan berpihak pada rakyat, dan pemanfaatan media digital serta media sosial menjadi medan pertempuran krusial bagi Husnan.
Keberhasilan Kiai Husnan B Fananie kelak akan ditentukan oleh kemampuannya menggabungkan nilai keagamaan dengan pragmatisme politik modern. Jika berhasil, bukan hanya PPP yang bangkit, tetapi juga terwujud kekuatan politik Islam yang inklusif dan adaptif, relevan dengan dinamika politik Indonesia yang terus berubah.
Dalam konteks geopolitik dan nasional, kehadiran beliau juga memberi nilai tambah bagi Presiden Prabowo Subianto dalam merumuskan kebijakan strategis nasional yang stabil dan terukur di tengah ketidakpastian global. Ini menegaskan bahwa sosok Kiai Husnan B Fanani bukan hanya penting bagi PPP, tetapi juga bagi masa depan politik Indonesia secara keseluruhan.
Seiring Muktamar semakin dekat, pengamat dan publik menanti bagaimana Kiai Husnan B Fananie menghidupkan kembali semangat PPP, mempertahankan warisan ulama sekaligus membuka lembaran baru bagi partai Islam legendaris ini menuju pengharapan agenda strategis keumatan. Wallahu a’lam bisshawab.[]
Achmad P Nugroho, Ketua Bidang Litbang Pengurus Besar GP PARMUSI