TEKNOLOGI

Mengapa Industri Permesinan Penting bagi Kaum Muslimin?

Bayangkan sebuah negara tanpa industri permesinan. Pabrik-pabriknya berdiri megah, namun ketika mesinnya rusak, semuanya menjadi lumpuh. Tidak ada cadangan mesin lainnya maupun suku cadang yang dibutuhkan, kecuali impor dari negara lain. Ketergantungan ini tentu ibarat leher yang terikat; satu tarikan saja bisa membuatnya tercekik.

Hal yang sama juga berlaku pada sektor militer. Bagaimana negara dapat menjaga kedaulatan dan keamanan apabila terjadi konflik dengan negara yang memiliki persenjataan dan permesinan jika setiap mesin atau komponen persenjataan harus dibeli dari negara tersebut?

Ketika impor ditutup atau terjadi embargo, pertahanan akan ambruk tanpa sempat melawan. Embargo akan menyebabkan seluruh industri militer dan sipilnya nyaris berhenti jika negara tersebut tidak mampu menciptakan industri permesinan yang akan memperbaiki secara mandiri mesin-mesin yang rusak atau suku cadang yang dibutuhkan.

Di sinilah letak urgensinya. Barangsiapa yang ingin membangun industri yang maju, hal tersebut tidak akan didapatkan selain memulai revolusi industri dengan inisiatif untuk menciptakan industri permesinan dengan seketika tanpa bertahap. Tanpanya, kita hanya akan menjadi konsumen abadi bagi negara-negara produsen. Itulah sebabnya revolusi industri yang sejati hanya bisa lahir jika dimulai dari kemandirian di bidang mesin dan alat berat.

Adapun untuk kaum Muslimin, maka perkara itu lebih wajib dan urusan tersebut lebih utama. Sebab menciptakan industri permesinan hukumnya wajib secara syar’i yaitu fardhu atas kaum Muslimin, negara, dan umat. Perkara yang hukumnya fardhu harus dilaksanakan tanpa ada pilihan, sebab bila tidak dilakukan akan mendapatkan sanksi. Alasan yang menjadikannya fardhu adalah sebagai berikut.

Tanpa adanya industri permesinan akan menjadikan negara kita bergantung pada negara maju asing dalam industri alat berat. Apabila mesin mengalami kerusakan atau memerlukan suku cadang, pabrik akan lumpuh dan berhenti beroperasi. Kita butuh suplai dari negara-negara kafir penjajah untuk memenuhi hal itu.

Dalam hal ini bahaya mengancam kaum Muslimin. Kemudian apabila industri permesinan tidak dimiliki kaum Muslimin, kondisi ini mengakibatkan industri militer juga bergantung pada negara lain. Kondisi ini jauh lebih buruk daripada sebelumnya. Dua kondisi itu memberikan jalan orang-orang kafir menguasai kaum Muslimin. Sedangkan Allah mengharamkan hal ini.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisa’ [4]: 141)

Sesungguhnya Jihad adalah puncak keagungan Islam. Jihad adalah metode dasar menyebarkan Islam ke luar negeri. Jihad berdiri atas industri militer. Jika industri militer masih bergantung pada negara-negara kafir maka rusaklah makna yang dimaksud dari Jihad.

Demi menyempurnakan makna Jihad sesuai maksudnya, maka industri alat berat harus banyak jumlahnya untuk memproduksi mesin-mesin yang dibutuhkan untuk berjihad. Ini aspek pertama.

Adapun aspek kedua, bahwa sesungguhnya melakukan persiapan perang adalah fardhu bagi kaum Muslimin. Persiapan yang dituntut ialah hal-hal yang dilakukan untuk menggentarkan musuh sedangkan hal ini memerlukan industri persenjataan yang tidak boleh diketahui oleh musuh baik dari sisi kekuatannya ataupun kedahsyatannya.

Apabila tidak ada industri alat berat dan permesinan maka tidak mungkin bisa menggentarkan musuh. Allah Ta’ala berfirman: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS. Al-Anfal [8]: 60)

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button