OASE

Adab Menjaga Perasaan

Suatu hari Rasulullah Saw duduk-duduk bersama para sahabatnya menunggu saat shalat tiba. Salah seorang sahabat yang baru pulang dari menghadiri pesta makan daging masuk dalam majelis tersebut. Maka, tercium bau yang kurang sedap dalam majelis itu.

Rasulullah menyadari bahwa bau kurang sedap itu disebabkan oleh uap nafas akibat makan daging. Beliau juga menyadari bahwa orang yang bersangkutan ada dalam kondisi yang serba sulit.

Karena sebentar lagi akan shalat berjamaah. Jika orang yang berbau kurang sedap itu beranjak seorang diri pergi berwudhu, ketahuanlah bahwa dia adalah sumber bau kurang sedap itu. Tentu dia bisa jadi malu dan gelisah. Rasulullah menginginkan pelaku yang sebenarnya merasakan pahit getir kesalahannya, tanpa diketahui oleh orang banyak.

Rasulullah Saw melepaskan pandangannya kepada semua orang yang hadir dalam majelis, lalu memerintahkan, “Siapa yang makan daging tadi hendaknya berwudhu!” Semuanya telah memakan daging ya Rasulullah!” jawab para sahabat. Kemudian, beliau bersabda, “Jika demikian berwudhulah kalian semua.”

Mereka semua bangkit mengambil air wudhu, termasuk orang yang menjadi sumber datangnya bau kurang sedap itu. Akhirnya, orang tersebut dapat terselamatkan mukanya dari rasa malu, berkat kecerdikan dan kelembutan perasaan Rasulullah Saw.

Melalui kisah di atas Rasul Saw mengajarkan kepada kita adab menjaga perasaan orang lain dari perasaan malu. Tidak dipungkiri, dalam berinteraksi dengan orang lain memungkinkan terjadi hal yang tidak disukai. Maka, jangan sampai terpedaya oleh godaan nafsu yang cenderung menginginkan mengambil sikap balas menyakiti.

Dalam ajaran Islam, tidak hanya perasaan manusia yang harus dijaga, termasuk menjaga perasaan makhluk lain seperti hewan, seperti dijelaskan dalam hadis Nabi Saw dalam menjaga perasaan hewan yang akan disembelih.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.” (HR Muslim).

Di antara cara menjaga perasaan hewan yang hendak disembelih adalah menajamkan pisau yang hendak digunakan, dan tidak menyembelihnya di hadapan hewan lain yang sedang menunggu giliran untuk disembelih.

Hal ini menegaskan, Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan dan tumbuhan, apalagi antar sesama manusia.

Semoga Allah membimbing kita kaum musimin agar dapat menjaga perasaan orang lain dan makhluk lainnya agar tercipta keharmonisan dalam kehidupan. Amin.[]

Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.

Artikel Terkait

Back to top button