NUIM HIDAYAT

Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan solusi bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS. Fushilat 44)

Kini tugas kita melanjutkan ‘pembangunan rumah Islam’ yang dirintis oleh para Nabi itu agar indah dan menawan. Rumah yang membuat betah semua penduduk di dunia.

Tentu saja untuk betah tinggal di rumah (negara) itu, semua penduduk harus menjadi Muslim. Bila tidak, maka akan sering terjadi percekcokan di dalamnya dan cita-cita para Nabi untuk menjadikan dunia ini sebagai rumah yang indah tidak terwujud.

Sayid Qutb dalam Tafsir fi Zhilal menyatakan, ”Seorang Mukmin memiliki mata rantai keturunan yang panjang dan berakar lintas zaman. Sesungguhnya ia adalah bagian dari parade mulia yang dipandu oleh para pemimpin yang mulia: Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Musa, Isa dan Muhammad..alaihimus shalatu was salam.

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya inilah umatmu, umat yang satu dan Aku lah Rabbmu, oleh sebab itu beribadahlah kepadaku. (QS. al Anbiya’ 92)

Parade mulia lintas zaman ini, sejak dahulu kala menghadapi -sebagaimana tampak jelas di bawah naungan Al-Qur’an- berbagai sikap persoalan dan pengalaman yang sama sepanjang masa dan di setiap waktu, meskipun berlainan tempat dan beragam bangsa. Di setiap waktu dan tempat, ia menghadapi kesesatan, kebutaan (hati dan fikiran), kesewenang-wenangan, hawa nafsu, penindasan, penyimpangan, teror dan pengusiran. Tetapi tetap ia berjalan di jalurnya yang benar dengan langkah yang teguh, dengan hati yang tenang, penuh keyakinan akan pertolongan Allah, penuh harap kepadaNya dan senantiasa membenarkan janji Allah yang pasti benar dana pasti terjadi.”

Sayid Qutb melanjutkan, ”Kebenaran dalam manhaj Allah adalah merupakan dasar dalam membangun alam wujud ini, bukan dibangun secara acak dan tidak pula atas dasar kebetulan tanpa tujuan. Sesungguhnya Allah adalah al Haq (Maha Benar). Dari wujudNya yang Maha Tinggi bersumber segala yang ada (maujud).

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Luqman 30)

Jadi kebenaran (al haq) merupakan pilar penopang alam wujud ini. Bila menyimpang darinya maka alam wujud ini pasti rusak dan hamcur

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS. al Mukminun 71)

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button