Agar Pesawat CN-235 Lebih Berdaya Guna bagi Negeri
Pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PT DI, CN-235 telah lama mendapat tempat di hati peminatnya yang berasal dari sejumlah negara.
Hal ini tak lepas dari fungsi dari pesawat multirole tersebut. Selain berguna untuk urusan media, pesawat ini juga bisa dipakai untuk urusan VIP hingga VVIP. (Kompas.com).
Hal yang sangat membanggakan manakala karya anak negeri diapresiasi tinggi oleh dunia, terbukti dari banyaknya order pesawat dari luar negeri. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan anak negeri dalam bidang teknologi kedirgantaraan tidak bisa dipandang sebelah mata. Memiliki skil yang mumpuni setara dengan skill yang dimiliki negara luar. Yang menunjukan pula bahwa keahlian dan intelegensi anak negeri adalah sangat mumpuni dan bisa diandalkan sebagai tonggak kebangkitan industri kedirgantaraan negeri ini. Yang sebelumnya mengalami keterpurukan.
Namun segala hal positif yang dimiliki oleh anak negeri terbelokan dan terkungkung oleh kepentingan bisnis para kapitalis. Bukan untuk kebangkitan negeri ini. Terbukti dari tersibukannya anak negeri dalam melayani orderan /permintaan pesawat dari luar negeri. Sehingga terjadi komersialisasi dan kapitalisasi industri kedirgantaraan.
Hal yang sangat memiriskan hati. Sebab kekayaan intelektualitas anak negeri sebagai unsur pembentuk sumber daya manusia, terjerembab dalam pusaran bisnis para kapitalis kakap yang menguntungkan para kapitalis kakap, dan tetap menjadikan anak negeri sebagai buruh saja. Tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kebangkitan dan sumbangan bagi terbentuknya kesejahteraan publik didalam negeri, apalagi bagi pertahanan dan keamanan negeri.
Negeri tetap dalam keterpurukannya, tetap dalam dominasi dan intimidasi serta lilitan utang luar negeri yang tak tahu kapan akan bisa terlunasi. Sebab keuntungan hasil penjualan pesawat tetap masuk kedalam kantong para penjual (kapitalis dan para agennya), bukan kantong negara. Alhasil para kapitalis semakin manis dalam balutan kekayaan yang semakin menggunung dan intelektual anak negeri semakin bernasib miris, sebab terjebak dalam pusaran kapitalisasi yang malah menempatkan intelektual anak negeri hanya dijadikan sebagai buruh pelayan para kapitalis.
Inilah pil pahit yang harus kita telan manakala sistem hidup diatur oleh sistem sekuler kapitalisme yang menjadikan keuntungan materi sebagai sumbu perputaran aktivitas. Nahasnya keuntungan materi yang diperoleh adalah keuntungan bagi para pemilik modal (kapitalis), bukan keuntungan dalam makna tercapainya kesejahteraan rakyat dan semakin kuatnya pertahanan dan keamanan negeri.
Hingga pesawat CN-235 yang seharusnya diproduksi untuk menambah kekuatan pertanahan negeri, malah terjebak arus komersialisasi. Alhasil pertahanan negeri tetap rapuh, mudah dirongrong negara lain. Selain juga seharusnya pesawat CN-235 yang seharusnya digunakan sebagai sarana untuk memperkuat pertahanan negeri yang hingga saat ini masih tergantung pada bantuan luar negeri, malah tidak dijadikan sebagai prioritas produksi. Produksi masih berorientasi pada pasar komersil, yang sejatinya adalah jebakan bagi ketidakmandirian negeri.
Karenanya menjadi hal yang sangat urgen untuk mendudukkan kembali pemanfaatan intelektualitas anak negeri adalah untuk memaksimalkan kebermanfaatannya dalam kehidupan masyarakat, bukan untuk menyuburkan kantong dan menebalkan dompet para kapitalis.
Dengan cara memfasilitasinya untuk menelurkan banyak karya bidang kedirgantaraan, yang dibiayai secara mandiri oleh negeri. Sehingga menghasilkan karya-karya terbaik dalam rangka memperkuat keamanan dan kestabilan negara, sebab dihasilkannya produk kedirgantaraan berupa pesawat dengan berbagai macam jenis dan kemampuannya.