Al-Aqsha dalam Bahaya, Membelanya Kewajiban Agama
Dia menekankan bahwa Al-Aqsha harus dibawa kembali ke garis depan isu Arab dan Islam, dengan para ulama yang memainkan peran yang mereka inginkan dengan mengingatkan yang lalai, menjelaskan nash-nash tentang kesucian tanah dan keagungan tempat itu. Serta menyatakan bahwa membela Al-Aqsha adalah kewajiban individu, dan pengabaian para penguasa tidak berarti kita harus mengabaikan dan melupakan.
Yusuf mengatakan, kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk melindunginya. Para penulis dan pembuat opini harus takut kepada Allah dengan pena-pena mereka, agar mengingatkan orang-orang tentang Al-Aqsha, mengungkap mereka yang melakukan normalisasi dan menjadi kezionis-zionisan, mengingatkan para penguasa akan kewajiban mereka terhadap Masjid al-Aqsha, kita harus mendukung kesiagaan warga al-Quds di Masjid al-Aqsha, menyantuni anak-anak yatim mereka, memberi makan mereka yang kelaparan dan meninggalkan kebaikan di keluarga mereka.
Dia menekankan bahwa persoalan Al-Aqsha adalah induk dari semua persoalan. Allah swt akan menanyakannya kepada kita pada hari Qiyamat nanti.
Langkah maju yahudisasi
Adapun Dr Muhammad Ali Bayod, peneliti Aljazair dalam masalah Al-Quds, dia mengatakan, “Pada momentum hari-hari besar Ibrani, Zionis mulai merencanakan serangan yang meningkat dalam kuantitas dan kualitas. Jumlah para pemukim pendatang Yahudi yang menyerbu ke Masjid al-Aqsha meningkat, sampai mereka mempraktikkan beberapa ritual Talmud di dalam dan di sekitar Masjid Al-Aqsha, seperti sujud epik dan penyerbuan dengan mengenakan pakaian rabi.
Bayod menyatakan bahwa Zionis, dengan langkah-langkah ini, sedang bekerja untuk memajukan jalan membangun kuil yang mereka kalim di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha, dan sebuah langkah menuju pemaksaan pembagian masjid secara ruang dan waktu, seperti yang mereka lakukan di Masjid Ibrahimi di Hebron.
Dia menyerukan kepada umat ini untuk mengambil sikap yang serius dan tegah. Untuk melakukan apa yang harus dilakukan untuk melindungi Masjid Al-Aqsha, dan untuk membelanya dengan sekuat tenaga.
Normalisasi dan berdampingan dengan entitas Zionis
Dr Hassan Salman, Wakil Ketua Dewan Syura Majlis Ulama Eritrea, menegaskan, “Sayangnya, semua serangan Zionis yang terjadi akhir-akhir ini terjadi di tengah-tengah keheningan dan kebisuan negara-negara Arab dan Islam.”
Salman mengatakan, “Dulu kita mendengar kecaman dan kutukan. Dan sekarang kita tidak mendengarnya laki. Bahkan kita berada dalam gelombang normalisasi besar dan upaya untuk hidup berdampingan dengan entitas Zionis ini.”
Dia menambahkan, “Dan di antara realitas yang buruk, adalah telah terjadi kriminalisasi terhadap perlawanan dan mereka yang benar, akan tetapi yang menyedihkankita adalah bahwa umat ini sakit dan melemah, tetapi tidak akan mati. Setiap kali mereka berusaha mengepung umat ini, kekuatan-kekuatan perlawanan yang terkait dengan kebenaran lahir, dan kebenaran tidak mati.