#Ramadhan Berkah 1446 HSUARA PEMBACA

Al-Qur’an: Pedoman Hidup Individu, Masyarakat dan Negara

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Peristiwa Nuzulul Qur’an ini diperingati setiap 17 Ramadhan. Biasanya peringatan Nuzulul Qur’an diisi dengan berbagai kegiatan akbar seperti kajian islami, khataman Qur’an, atau lomba-lomba yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Seperti baru-baru ini di Sulawesi Selatan, Kemenag melaksanakan program bertajuk Indonesia Khataman Al-Qur’an.

Sebagaimana yang dilansir Metrotvnews.com, (16/3/2025), Kementerian Agama menggelar 350 ribu khataman Al-Qur’an pada 16 Ramadhan 1446 Hijriah. Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan ikut serta dalam peringatan Nuzul Qur’an ini.

Program bertajuk Indonesia Khataman Al-Qur’an di Sulsel dipusatkan di Aula Kantor Wilayah Kemenag Sulsel Makassar. Program ini diharapkan mampu menguatkan semangat keislaman dan persahabatan serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami, dan meneladani Al-Qur’an.

Peristiwa Nuzulul Qur’an disebut juga sebagai malam penuh berkah, karena pada malam ini wahyu pertama berupa surah al-Alaq diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Nuzulul Qur’an mengingatkan kita akan pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sebagai Muslim, sudah seharusnya kita membaca, memahami dan mengamalkan secara keseluruhan apa yang di ajarkan dalam Al-Qur’an. Dengan begitu, kita akan mendapat petunjuk dan keberkahan dari Allah SWT dalam menjalani kehidupan ini.

Namun, dalam sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini, sangat sulit bagi umat Muslim menerapkan perintah dalam Al-Qur’an secara menyeluruh. Sebab, sistem sekuler memisahkan kehidupan dengan agama, lebih jelasnya bukan Al-Qur’an yang digunakan dalam pedoman kehidupan.

Sistem demokrasi kapitalisme menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal manusia adalah makhluk yang lemah sehingga berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan. Dalam sistem ini, prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai ‎penentu hukum, berdasar hawa nafsu dan kepentingan segelintir orang atau penguasa.

Itulah mengapa rakyat tidak mendapatkan keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan saat ini. Padahal Allah menciptakan manusia sudah lengkap dengan petunjuk dan aturannya. Manusia tinggal menjalankan saja apa yang Allah perintahkan, bukan malah membuat aturan-aturan buatan manusia itu sendiri. Aturan-aturan yang berasal dari Sang Pencipta sudah pasti sempurna dan mendatangkan kesejahteraan bagi keseluruhan umat manusia.

Al-Qur’an seharusnya menjadi landasan setiap individu, masyarakat dan negara, namun hari ini justru individu yang berpegang pada Al-Qur’an dan menyerukan untuk kembali kepada Al-Qur’an dianggap radikal. Individu atau kelompok yang mengajak menegakkan aturan Al-Qur’an sangat ditakuti, dimusuhi dan dianggap melanggar hukum. Masyarakat hari ini pun banyak yang belum paham, solusi dalam setiap permasalahan dalam kehidupan ini kembali pada hukum-hukum syara.

Berpegang pada Al-Qur’an sejatinya konsekuensi keimanan dan harus terwujud pada diri setiap Muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur’an harus menjadi asas kehidupan. Namun hari ini Al-Qur’an diabaikan meski peringatan Nuzulul Qur’an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara. Seakan peringatan Nuzulul Qur’an seperti itu hanya formalitas saja tanpa pergerakan yang nyata dalam menerapkannya.

Dalam Al Qur’an sudah sangat jelas bagaimana Allah menyuruh umat untuk menegakkan hukum syara, perintah berikut sangsi bagi yang melanggarnya. Perintah dan sanksi yang berasal dari Allah bersifat adil dan menjerakan. Bukan seperti hukum saat ini, ketika ada manusia yang melanggar atau bermaksiat, tidak mendapat sanksi yang tegas, sehingga tidak membuat efek jera bagi pelaku. Akibatnya manusia dengan mudahnya mempermainkan hukum yang ada.

Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur’an secara keseluruhan dan memperjuangkan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. Karena kesempurnaan Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia mulai dari bangun tidur hingga membangun negara. Ketika sebuah negara berdiri di atas hukum syara, maka akan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT. Karena sejatinya tugas negara itu mengurusi urusan atau kepentingan umat, bukan kepentingan pribadi atau kelompoknya masing-masing.

Dengan demikian, dibutuhkan dakwah kepada umat yang dilakukan oleh jemaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Al Qur’an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. Karena dalam Al-Qur’an terdapat solusi hakiki bagi setiap permasalahan umat.[]

Mustikawati Tamher, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok.

Artikel Terkait

Back to top button